Sabtu, 08 Desember 2018

KURIKULUM DAN KETERAMPILAN TK

Kurikulum dan Keterampilan Tk

Bagi kebanyakan anak-anak saat ini, taman kanak-kanak adalah tempat dimana memperoleh teman dan kelas yang baru. Rencana pelajaran taman kanak-kanak yang saat ini digunakan oleh para guru jauh dari kegiatan taman kanak-kanak yang ditekankan hanya beberapa dekade yang lalu. Taman Kanak-Kanak (TK) saat ini menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bermain dan lebih banyak waktu untuk kegiatan akademis seperti membaca, menulis, dan matematika. Banyak kelas taman kanak-kanak yang sekarang penuh hari daripada norma sebelumnya setengah hari. Dan banyak anak TK mendapat pekerjaan rumah, terkadang setiap hari. Benarkah itu?


Kurikulum muatan lokal TK anak Anda dapat bervariasi tergantung pada standar di provinsi dan Kab/Kota Anda. Dan anak-anak usia ini bisa masuk taman kanak-kanak dengan tingkat keterampilan yang sangat berbeda. Beberapa anak mungkin tahu seluruh alfabet dan banyak kata penglihatan sementara yang lain mungkin berjuang untuk melampaui beberapa huruf. Dengan mengingat hal tersebut, berikut ini adalah gagasan umum tentang perubahan perkembangan yang dapat Anda harapkan untuk dilihat pada anak Anda ketika ia tenggelam dalam rencana pelajaran TK. Taman kanak-kanak Anda akan dapat:

Keterampilan Sosial TK
Kembangkan kemampuan kontrol diri yang lebih baik seperti duduk diam dan mendengarkan dengan tenang.
Pelajari cara mengikuti petunjuk.
Menjadi lebih terampil dalam bekerja sama dengan orang lain.
Diskusikan keluarga, liburan, dan hal-hal lain tentang dunia mereka.
Membaca dan Menulis TK (?)
Tinjau huruf alfabet dan bunyi yang sesuai.
Pelajari huruf kecil dan huruf besar.
Pelajari kata-kata penglihatan atau kata-kata yang sering digunakan seperti "," "dan" dan "adalah".
Tulis tentang diri mereka dan tulis cerita bersama sebagai kelas dengan bantuan guru.
Pelajari cerita, lagu, kata-kata syair.
Bicara tentang cerita setelah membacanya (demonstrasi pemahaman bacaan): memprediksi apa yang mungkin terjadi selanjutnya, coba tebak karakter apa yang mungkin berpikir atau rasakan; menceritakan kembali apa yang terjadi dalam cerita.
Tulis kata-kata dengan ejaan yang ditebak oleh anak (ejaan yang diciptakan).
Tulis surat kepada ibu dan ayah.
Label gambar yang mereka ilustrasikan.
Kindergarten Math
Hitung hal-hal di sekitar kelas, seperti berapa hari mereka berada di sekolah, berapa banyak blok di tempat sampah, dan sejenisnya.
Identifikasi bentuk dasar seperti lingkaran, kotak, segitiga, dll.
Kenali angka hingga 20 atau lebih.
Hitung dengan 5 atau 10 detik.
Tangani penambahan dan pengurangan dasar.
Memahami konsep seperti "lebih dari" atau "sama dengan".
Buat pola dengan objek kecil dan urutkan ke dalam kelompok berdasarkan warna dan ukuran.
Identifikasi koin (dapat membedakan antara sen, dime, dll.).

Ilmu TK
Jelajahi dunia mereka melalui observasi dan eksperimen. Banyak guru taman kanak-kanak memanfaatkan keingintahuan anak-anak muda untuk membantu mereka belajar tentang dunia mereka.
Temukan apa yang dibutuhkan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh.
Pelajari tentang bagian-bagian tubuh dan indra.
Pelajari tentang perubahan musim dan cuaca.
Menjadi akrab dengan unsur-unsur yang membentuk planet kita (bumi, pasir, batu, air, dll.).

Semoga bermanfaat buat para Bunda......

Jumat, 07 Desember 2018

Persiapan Dapodik Menjelang Cut OFF BOS Triwulan 1 Tahun 2019 Tanggal 15 Desember 2018

bos
Yang terhormat,

  1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
  2. Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota
  3. Kepala Sekolah SD, SMP, SLB, SMA dan SMK
  4. Operator Dapodik
Di Seluruh Nusantara
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dalam rangka untuk menyiapkan data sebagai dasar alokasi dana BOS Triwulan 1 (Januari – Maret Tahun 2019) maka akan dilakukan pengambilan data (Cut-off) dari Dapodikdasmen pada tanggal 15 Desember 2018, Pukul 23.59 WIB. Dari pengecekkan data di server Dapodikdasmen per-tanggal 5 Desember 2018 diketahui bahwa masih banyak sekolah dengan status partisipasi BOS adalah “menerima” (pada aplikasi Dapodikdasmen menjawab “Ya”), akan tetapi belum melakukan sinkronisasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Data siswa yang akan terhitung adalah data siswa pada semester 1 (Ganjil) Tahun Ajaran 2018/2019.
  2. Pada saat melakukan installasi dan registrasi Aplikasi Dapodikdasmen Versi 2019, DILARANG menggunakan prefill lama karena dapat menyebabkan data siswa menjadi ganda.
  3. Data Rombongan Belajar harus diisi dengan lengkap dan benar, dan jenis rombel yang dihitung adalah Rombel Kelas dan Reguler, sedangkan Rombel teori, Ekskul, Kelas Terbuka, Kelas Jauh/Kecil  dan praktek tidak dihitung.
  4. Khususnya untuk SMA dan SMK harus memperhatikan pengisian data program pengajaran/program keahlian/ kompetensi keahlian.
          Berikut ketentuan pengisian data program pengajaran/program keahlian/Kompetensi Keahlian untuk SMA dan SMK:
          a. SMA KTSP 2006
              - Kelas XI dan XII = Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)/Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)/Bahasab
          b. SMA Kurikulum 2013
              -  Kelas X, XI, dan XII = Bahasa dan Budaya, MIPA, Ilmu Pengetahuan Sosial
          c. SMK KTSP
              -  Kelas XI dan XII = Kompetensi Keahlian
          d. SMK Kurikulum 2013
              -  Kelas X = Program Keahlian
              -  Kelas XI dan XII = Kompetensi Keahlian
      5. Data Rombongan Belajar harus diisikan WALI KELAS.
      6. Rombongan Belajar harus diisikan lengkap sampai dengan data pembelajaran.
      7. Data siswa lakukan proses verifikasi dan validasi NISN pada layanan vervalpd.data.kemdikbud.go.id pada semua jenjang (untuk saat ini baru SMA yang menjadi prasyarat/diharuskan, dan  mulai Tahun 2019 di semua jenjang akan wajib dan menjadi prasyarat).

Untuk itu sekolah dihimbau untuk segera melakukan  proses sinkronisasi data  pada semester 1 (ganjil) Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan memperhatikan kelengkapan dan kevalidan datanya. Apabila data yang diisikan tidak lengkap maka TIDAK AKAN TERHITUNG untuk penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Demikian informasi yang kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu serta teman-teman operator sekalian, kami ucapkan terima kasih.

 Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sumber : http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/berita/persiapan-dapodik-menjelang-cut-off-bos-triwulan-1-tahun-2019-tanggal-15-desember-2018

MENCONTEK ANTARA PERLAWANAN DAN PERTEMANAN


Ketika di bangku sekolah atupun perkuliahan sering kali kita jumpai tindakan nyeleneh yang dilakukan teman-teman kita atau bahkan diri kita sendiri, seperti tindakan mencontek yang dilakukan oleh para pelajar. Tindakan tersebut dilakukan bagi mereka yang tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar, baik itu guru maupun dosen.
Tindakan mencontek ini dilakukan dengan beragam alasan. Ada yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan lebih memilih sikap praktis, atau faktor lupa yang disebabkan oleh kesibukan lain, atau mungkin dikarenakan budaya yang ada memang mengharuskan mereka melakukan tindakan demikian.
Mencontek tanpa disadari merupakan benih-benih dari tindakan buruk yang jika tidak ada kesadaran untuk memperbaiki, sangat mungkin mengarah ke tindakan buruk yang lebih besar di kemudian hari, seperti halnya korupsi. Namun, tampaknya proses penyadaran tersebut akan banyak terhambat oleh berbagai hal, salah satu hal terbesar yang akan menghambatnya ialah masalah budaya.
Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap keseharian kita. Berbagai kegiatan yang kita lakukan dengan menjunjung tinggi kejujuran kadang akan menemui titik jenuh yang didasarkan atas berbagai hal. Pada sebuah pengalaman pribadi, ada sebuah kejadian saya berada pada posisi tersebut yang membuat saya merasa bimbang, yaitu ketika teman kuliah saya meminta jawaban dari hasil kerja saya sendiri. Kebimbangan saya muncul dikarenakan saya sangat menghargai hasil pekerjaan saya sendiri dan tidak suka hasil pekerjaan saya disalin oleh orang lain yang tidak melakukan apapun. Di sisi lain, saya merasa kasihan, karena permintaan tersebut datang dari teman dekat saya.
Jika kita menganalisis lebih dalam terhadap pandangan saya yang kedua, sulit rasanya untuk menegakkan prinsip kejujuran seperti yang saya junjung tinggi sebelumnya, apalagi jika kita termasuk golongan yang beriman lemah. Sayakah itu? Ah, entahlah. Kedua pandangan tersebut membuat saya bimbang antara perlawanan ataukah pertemanan.
Perlawanan yang saya maksud adalah prinsip-prinsip kejujuran yang saya telah bangun, hal itu bertentangan dengan tindakan teman saya, dan tentunya jika saya memberikan hasil kerja saya kepada teman saya, itu menandakan saya telah mencederai prinsip yang telah saya bangun, prinsip yang menolak perbuatan demikian.
Namun, hal itu juga menyangkut masalah pertemanan, hubungan tersebut dapat menimbulkan penilaian jadi subjektif. Pada akhirnya saya memberikan hasil pekerjaan saya kepada teman saya secara cuma-cuma. Di kemudian hari saya baru sadar ternyata tindakan yang saya lakukan salah.
Yang telah saya sadari adalah, prinsip pertemanan yang sifatnya subjektif dan hal tersebut akan melegalkan apapun dikarenakan hubungan yang ada. Yang seharusnynya terjadi adalah adanya pembeda antara prinsip, yang harus menekankan objektifitas dengan hal-hal lain yang sifatnya subjektif. Dengan adanya hal tersebut kita akan selalu dapat berjalan pada prinsip yang kuat dan juga tetap memiliki hubungan sosial yang baik
Budaya mencontek saat ini terlihat sebagai suatu isu sepele dan tak harus diselesaikan secara khusus, karena dampak yang ditimbulkan relatif kecil dibandingkan dengan isu-isu besar seperti tindakan kekerasan, kemacetan, dan juga korupsi yang dampaknya sangat besar terhadap publik.
Namun, jika berbicara mengenai masalah-masalah besar tersebut tentunya ada akar permasalahan yang menimbulkan benih-benih terhadap masalah besar yang marak terjadi. Akar permasalahan tersebut yang telah membudaya di masyarakat kita saat ini telah menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Hasilnya, budaya yang buruk tersebut sedikit demi sedikit masuk pada konteks yang legal untuk dilakukan.
Jika ditarik sebuah garis lurus, maka mencontek dapat diposisikan pada sisi permulaan garis, dan tindakan sekelas korupsi berada pada sisi yang lain, yang ada pada akhir garis. Ini mengartikan bahwa tindakan mencontek yang dianggap remeh-temeh sebenarnya telah memberi sinyal atau ancang-ancang di kemudian hari, bahwa ia adalah akar dari masalah bangsa yang besar.
Perlu diketahui, dampak jangka panjang dari sebuah hal yang dianggap remeh-temeh itu sifatnya tidaklah segaris lurus. Mencontek bisa menjadi indikasi terhadap tindakan korupsi. Akibat yang ditimbulkan memang tak menyangkut kesejahteraan rakyat, tapi bukan tidak mungkin akan menimbulkan berbagai tindakan kriminal lainnya. Inilah alasannya saya menyebut bahwa dampak jangka panjangnya lebih mematikan dibanding dampak sesaat.
Mencontek dalam pandangan singkat memang tak ubahnya seperti menikmati mi instan, nikmat tiada banding dan seperti namanya, tak perlu susah payah untuk memasaknya. Praktis, dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat, dan ajaibnya lagi memasak mie instan dapat dilakukan oleh orang yang tingkatan memasaknya paling rendah.
Begitu pula ketika mencontek, dalam pengalaman pribadi, bahkan mencontek dapat kita lakukan dalam kondisi mendesak sekalipun. Dan dengan berbagai macam trik yang ah... saya kira Einstein pun tak dapat membayangkannya. Namun, seperti kita ketahui, segala sesuatu yang bersifat instan akan mengarah pada jalan kegagalan yang pada tingkat akhir akan menimbulkan masalah besar, masalah yang tidak kita duga bahwa penyebabnya adalah hal remeh-temeh, yang sesungguhnya ia adalah pondasi yang kuat atas masalah besar tersebut.
Kini kita tinggal memilih, menjadi orang yang melawan dengan prinsip yang kuat demi kejayaan, atau lemah prinsip karena hubungan pertemanan.

M. Dodi Al-fayed/Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sumber : https://www.kpk.go.id/id/berita/publik-bicara/656-mencontek-antara-perlawanan-dan-pertemanan

HADAPI INOVASI REVOLUSI INDUSTRI 4.0, FE-UT SELENGGARAKAN ISBEST 2018


Perkembangan teknologi dalam mendukung industri 4.0 berdampak besar bagi sektor bisnis, ekspektasi pelanggan, peningkatan produk, dan inovasi kolaboratif. Hal ini menimbulkan distrupsi inovasi yang membuat pasar dan nilai jaringan baru. Oleh karena itu, perlunya kolaborasi baru dalam inovasi dan distrupsi di berbagai sektor, salah satunya ekonomi kemasyarakatan untuk menguji kembali cara berbisnis dan berinovasi secara berkelanjutan.
Universitas Terbuka (UT) melalui Fakultas Ekonomi (FE-UT) menggelar The International Seminar on Business, Economics, Social Science and Technology (ISBEST) 2018 bertajuk "Collaborative Innovation of Economic Society in the Era of the Fourth Industrial Revolution (Industry 4.0)" di Century Park Hotel Jakarta Indonesia. Ketua Panitia ISBEST, Amalia Kusuma Wardani, S.E., M.Com., Ph.D. dalam sambutannya mengharapkan bahwa melalui seminar ini dapat membuka diskusi yang konstruktif serta diharapkan dapat menjadi sarana bertukar pikiran dalam menghadapi era 4.0.
Acara yang dihadiri Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koordinator Perekonomian Republik Indonesia Dr. Ir. Mohammad Rudy Salahuddin, MEM serta Direktur Politeknik Keuangan Negara-STAN Rahmadi Murwanto, Ak., M.Acc., Ph.D ini melibatkan 150 pemakalah dari akademisi, peneliti, praktisi dan mahasiswa pada bidang ekonomi, akuntansi dan manajemen, serta berbagai displin ilmu terkait e-learning, informasi, komunikasi dan teknologi, dan ilmu sosial lainnya. Selanjutnya dalam diskusi panel, peserta memiliki kesempatan untuk mempresentasikan dan berdiskusi terkait penelitian yang telah dilakukan, serta dapat menerima umpan balik dari peserta lainnya.
Seminar ini secara resmi dibuka oleh Rektor Universitas Terbuka yang diwakili Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Drs. Moh. Muzammil, M.M bersama dengan Dekan FE-UT Dr. Ali Muktiyanto. Moh. Muzammil dalam sambutannya, menyampaikan bahwa Industri 4.0 memberikan dampak besar dalam perkembangan teknologi, dibutuhkan inovasi pada teknologi baru yang dapat memberikan perubahan bagi produk dan jasa serta meningkatkan nilai dari suatu produk. Sementara itu, Direktur Rahmadi Murwanto memaparkan sedikit penjelasan mengenai strategi dalam menghadapi industri 4.0, ia menjelaskan bahwa kita perlu memiliki kemampuan dalam mengadopsi, mengkolaborasi,dan berkompetisi dalam mengembangkan inovasi.
Deputi Kemenko Perekonomian RI Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Dr. Ir. Mohammad Rudy Salahuddin, MEM mengingatkan bahwa masyarakat perlu memanfaatkan teknologi digital dengan lebih bijak agar dapat mengambil kesempatan dengan baik untuk meningkatkan kapasitas diri dan berinovasi. Ia juga mengajak para peserta untuk berperan aktif mendorong ekonomi dan daya saing bangsa.
Acara ini melibatkan tiga pembicara dalam diskusi panel dari berbagai disiplin ilmu terkait yaitu Prof. David Holloway, B.Com., M.B.A., Ph.D Emeritus Professor dari the School of Management and Governance, Murdoch University, Australia, Prof. Zahirul Hoque, B.Com., M.Com., Ph.D., FDMA, FCPA. Professor dari Business School La Trobe University, Australia, dan Prof. Dr. M. Niaz Asadullah, D.Phil., FRSA Professor dari Development Economics in the Faculty of Economics and Business Administration University of Malaya, Malaysia. Sumber : http://www.ut.ac.id/berita/2018

MENINGKATKAN KUALITAS GURU

Cara Meningkatkan Kualitas Guru untuk Pendidikan yang Lebih Baik

Guru adalah salah satu elemen terpenting dalam pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh standarisasi kualitas guru. Oleh karena itu, guru perlu meningkatkan kompetensinya sebagaimana tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

Jadi, bagaimana standarisasi guru bekerja untuk para guru di Indonesia. Apakah kita perlu meningkatkan tingkat kompetensi para guru? Kepala Pusat Pendidikan Budaya Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDMPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Syahwal Gultom (2013) menyebutkan bahwa hal itu memang perlu ditingkatkan. Dalam tiga tahun terakhir hasil standardisasi kompetensi guru perlu ditingkatkan untuk mencapai standar minimum standardisasi guru.

Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi para guru harus ada beberapa langkah konkrit. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyadari dan mengantisipasi masalah ini dengan memetakan standarisasi guru di Indonesia. Berbagai pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru disediakan, termasuk penggunaan teknologi dalam metodologi pengajaran.

Peningkatan fasilitas belajar juga merupakan faktor penting dalam mengembangkan kompetensi guru. Sudah umum saat ini bahwa seorang guru menggunakan peralatan multimedia dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Ini akan meningkatkan kompetensi profesional guru dan akan berdampak positif pada peningkatan kualitas siswa.

Kegiatan seperti pelatihan, pembinaan dan penguatan guru tentu sangat penting untuk meningkatkan kualitas mereka. Dengan meningkatkan kualitas standardisasi guru di Indonesia secara signifikan akan meningkatkan kualitas pendidikan juga. Lagipula, pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting. Seperti Allan Bloom, seorang mantan filsuf Amerika, klasik, dan akademisi berkata, "pendidikan adalah gerakan dari kegelapan menuju cahaya". Mari kita tingkatkan kualitas individu Indonesia menjadi lebih baik dan lebih baik melalui pendidikan.

Secara umum diakui bahwa mempromosikan kualitas guru adalah elemen kunci dalam meningkatkan pendidikan dasar dan menengah. Memang, salah satu yang utama tujuan dari UU adalah memiliki “guru berkualifikasi tinggi” di setiap kelas. Meskipun telah dilakukan penelitian selama puluhan tahun, tidak ada konsensus tentang faktor apa saja yang meningkatkan, atau bahkan sinyal, kualitas pengajar. Kami fokus di sini pada hubungan antara produktivitas guru dan pelatihan guru, termasuk pendidikan formal pra-jabatan universitas, pengembangan profesional dalam jabatan, dan pelatihan informal yang diperoleh melalui pengalaman di tempat kerja. Penelitian sebelumnya tentang pelatihan guru telah menghasilkan hasil yang sangat tidak konsisten dan telah memicu berbagai resep kebijakan. Beberapa studi menemukan bahwa pendidikan formal adalah penting dan ini telah ditafsirkan sebagai dukungan untuk memperkuat program persiapan guru yang ada di universitas dan peningkatan pengeluaran pada pelatihan pasca-perguruan tinggi. Sama-sama umum, bagaimanapun, adalah temuan bahwa pendidikan formal tidak relevan, membuat orang lain berdebat untuk penghapusan perguruan tinggi pendidikan.

Salah satu alasan untuk ketidakpastian mengenai efek pelatihan guru adalah bahwa studi masa lalu tidak mampu mengatasi tiga tantangan metodologis dalam memperkirakan efek pelatihan tentang kualitas guru. Pertama, sulit mengisolasi produktivitas, terutama dalam mengajar di mana kemampuan siswa itu sendiri, pengaruh teman sebaya siswa, dan karakteristik lain dari sekolah juga mempengaruhi hasil yang terukur. Masalahnya diperparah oleh fakta bahwa penugasan siswa dan guru ke ruang kelas biasanya tidak acak, yang mengarah ke kemungkinan korelasi antara atribut guru yang diamati dan karakteristik siswa yang tidak teramati. Kedua, seperti yang lain pekerjaan, ada masalah seleksi yang melekat dalam mengevaluasi efek pendidikan dan pelatihan tentang produktivitas guru. 

Karakteristik guru yang tidak teramati, seperti kemampuan “bawaan”, dapat mempengaruhi jumlah dan jenis pendidikan dan pelatihan yang mereka pilih untuk dapatkan juga kinerja guru berikutnya di kelas. Ketiga, sulit untuk mendapatkan data itu memberikan banyak detail tentang berbagai jenis pelatihan yang diterima para guru dan bahkan lebih sulit untuk menghubungkan pelatihan guru dengan pencapaian siswa yang mereka ajar. Mengatasi semua masalah ini dalam satu studi menyajikan data yang signifikan dan tantangan estimasi.

Dalam makalah ini kami menyajikan bukti baru tentang efek dari preservice berbasis universitas guru
pendidikan formal dan pelatihan pengembangan profesional di bidang guru produktivitas  untuk mengikat kinerja siswa dengan identitas guru kelas mereka dan pada gilirannya tautan guru untuk pelatihan dalam jabatan mereka, kursus kuliah mereka dan ujian masuk pra-kuliah mereka skor. Data yang sangat kaya ini juga memberikan kesempatan unik untuk mengatasi pilihan kembar masalah yang terkait dengan akuisisi guru pelatihan dan penugasan siswa untuk guru.
Analisis kami berlangsung dalam dua langkah. Pertama, kami memperkirakan model prestasi siswa itu termasuk seperangkat kovariat kaya yang mengukur karakteristik individu yang bervariasi waktu siswa, teman kelas mereka, dan kepala sekolah mereka. Selain itu, kami menyertakan beberapa tingkat efek tetap yang mengendalikan siswa, guru, dan sekolah yang tidak terukur waktu karakteristik. Model tahap pertama ini mencakup data rinci tentang kuantitas dan karakteristik guru pendidikan dan pelatihan menerima setelah mereka memasuki kelas, termasuk keduanya pendidikan dan lokakarya pascasarjana yang disponsori oleh sekolah dan distrik sekolah (disebut "in-service" atau pelatihan pengembangan profesional). Kami juga menyertakan ukuran pengalaman guru, yang mewakili pelatihan di tempat kerja informal. Langkah pertama ini menghasilkan perkiraan efek tetap untuk masing-masing guru, yang mewakili kontribusi guru terhadap pencapaian siswa atau "nilai tambah" itu tidak bervariasi di atas karirnya.2  Pada langkah kedua, kami mengambil perkiraan efek tetap guru dan regresi kembali pada karakteristik guru (waktu-invariant) kursus sarjana, mengendalikan untuk kemampuan kognitif / verbal pre-college guru dengan nilai ujian masuk perguruan tinggi.

Kami mulai di bagian II dengan menjelaskan literatur masa lalu tentang pelatihan guru. Metodologi kami dan data dibahas dalam bagian III dan IV, masing-masing. Hasil kami, disajikan di bagian V, menunjukkan bahwa hanya dua bentuk pelatihan guru yang memengaruhi produktivitas; konten yang terfokus pengembangan profesional guru berhubungan positif dengan produktivitas di menengah dan tinggi matematika sekolah dan pelatihan di tempat kerja yang diperoleh melalui pengalaman berkorelasi dengan peningkatan efektivitas dalam mengajar membaca dasar dan matematika sekolah dasar dan menengah. Itu implikasi dari temuan kami dibahas dalam bagian VI.

Literatur Sebelumnya tentang Pengaruh Pelatihan Guru Dalam pekerjaan awal pada produktivitas guru, peneliti memperkirakan produksi pendidikan berfungsi dengan meregulasi tingkat pencapaian siswa agregat pada langkah-langkah pelatihan guru dan berbagai kontrol lainnya menggunakan data cross-sectional (lihat review oleh Hanushek (1986)). A selanjutnya Generasi penelitian menggunakan hasil tes skor dua tahun siswa dan set guru yang lebih kaya variabel pelatihan untuk mengevaluasi dampak pelatihan guru terhadap prestasi siswa. Keadaan literatur hingga tahun 2000 telah banyak diulas oleh Wayne and Youngs (2003) serta oleh Rice (2003), Wilson dan Floden (2003), dan Wilson, dkk. (2001). Daripada duplikat survei sebelumnya kami menyoroti temuan penelitian baru selama setengah lusin tahun terakhir. Tabel 1 memberikan ringkasan karya terbaru ini. Sementara beberapa penelitian terbaru tentang faktor penentu produktivitas guru terus digunakan pendekatan skor keuntungan (Aaronson, et al. (2007), Hill, dkk. (2005), Kane, dkk. (2006)), sebagian besar penelitian terbaru telah bergeser jauh dari metodologi ini. Studi gain-skor bergantung pada mengamati karakteristik siswa atau "kovariat" untuk memperhitungkan heterogenitas siswa. Namun, mereka tidak dapat mengontrol untuk karakteristik yang tidak teramati seperti kemampuan dan motivasi bawaan. Ada bukti bahwa guru yang lebih terlatih dan lebih berpengalaman cenderung ditugaskan untuk siswa kemampuan yang lebih besar dan dengan masalah disiplin yang lebih sedikit (misalnya, Clotfelter et al. (2006), Feng (2005)).

Dengan adanya kecocokan positif antara kualitas siswa dan pelatihan guru, studi gain-skor ketidakmampuan untuk mengontrol untuk karakteristik siswa yang tidak teramati akan cenderung perkiraan bias ke atas nilai tambah guru yang terkait dengan pendidikan dan pelatihan.
Ketersediaan database administrasi longitudinal baru-baru ini telah melahirkan yang baru generasi penelitian yang berusaha memperbaiki bias seleksi dengan mengendalikan waktu-invarian heterogenitas siswa yang tidak teramati melalui efek tetap siswa. Dalam enam tahun terakhir, delapan studi tentang produktivitas guru di AS telah menggunakan pendekatan ini. Metode alternatif dari menghindari bias seleksi adalah dengan secara acak memberikan guru kepada siswa (seperti di Tennessee Eksperimen ukuran kelas) atau untuk memanfaatkan situasi di mana ada perubahan eksogen dalam diri siswa tugas untuk guru atau guru untuk pelatihan. Lima studi baru lainnya juga memanfaatkan percobaan dengan tugas acak, situasi di mana ada "tugas acak jelas" atau Eksperimen "alami" di mana penugasan didasarkan pada faktor-faktor eksogen.

Tidak peduli apa pun metodologinya, hampir semua studi terbaru tentang produktivitas guru termasuk beberapa ukuran pengalaman guru, yang berfungsi sebagai proxy untuk pelatihan di tempat kerja. 

PENTINGNYA GURU DI BIDANG PENDIDIKAN



Mengapa Guru Penting?

Guru adalah penting karena mereka tidak hanya memberikan instruksi kepada anak-anak dalam satu atau lebih bidang akademik, tergantung pada tingkat kelas, tetapi mereka juga berdiri sebagai sumber tambahan dorongan dalam kehidupan seorang anak. Mengingat tantangan unit sosioekonomi dan keluarga yang dihadapi begitu banyak siswa hari ini, ada hari-hari ketika seorang anak hanya dapat melihat senyum dari gurunya, karena semua orang dewasa lainnya mengalami begitu banyak tekanan yang terjadi sehingga mereka tidak dapat menyampaikan cinta dan penerimaan.

Para guru telah lama memiliki hubungan yang kompleks dengan masyarakat yang mereka layani. Di pedesaan selama 1980-an, guru sekolah sering naik ke sebuah keluarga pada waktu selama beberapa minggu sepanjang tahun sekolah sampai mereka menikah atau menabung cukup uang untuk membeli rumah sendiri.

Saat ini, dana pensiun dan gaji yang diterima para guru telah menjadi sasaran rutin bagi mereka yang ingin memotong belanja publik. Terlalu banyak guru yang digambarkan sebagai beban yang menguras dana publik pada tingkat yang tidak sepadan dengan manfaat yang mereka bawa ke masyarakat. Masalah dengan penggambaran semacam ini adalah bahwa hal itu mengurangi rasa hormat dengan pandangan masyarakat tentang guru, menodai sistem pendidikan sebagai profesi masa depan untuk generasi terbaik dan tercerahkan. Pendapat tersebut sebenarnya keliru besar, guru adalah profesi mulia yang dipilih individu untuk mencerdaskan anak bangsa. Apalah jadinya bila guru tidak ada? Tentu banyak orang akan bura huruf, terbelakang dan banyak lagi akibat yang ditimbulkan.

Berterimakasihlah kita kepada guru, berkat beliau-beliau kita sekarang bisa mengetik dan mengedit tulisan di hand phone, laptop, note book. Jasa mereka tidak bisa dibalas dengan nilai ekonomi namun kenyataan sekarang telah banyak orang lupa, siapa yang pertama mengajar menulis, berhitung dan membaca di sekolah? Pasti jawabnya : GURU.

Semoga tulisan ini menjadi bahan renungan bagi pembaca dan pengambil keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan guru.


Rabu, 05 Desember 2018

TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN: MASA LALU, SEKARANG, DAN MASA DEPAN

Hampir semua orang akan setuju dengan kutipan di atas. Jika kutipan itu memang benar, maka pendidikan sangat penting. Komponen utama pendidikan adalah alat dan teknologi yang kami gunakan untuk membantu orang lain belajar. Alat-alat teknologi ini telah datang jauh dan terus meningkat setiap hari. Mari kita lihat di mana teknologi pendidikan kita dulu berada, di mana sekarang ini, dan di mana ia menuju.

Teknologi dalam Pendidikan: Masa Lalu
Mari masuk ke masa dulu dan kembali untuk melihat teknologi apa yang dulu tersedia bagi kita untuk pendidikan di masa lalu. Kami tidak akan kembali ke hari-hari alat-alat batu, gambar gua, atau papirus. Sebaliknya, mari kita kembali ke abad ke-20.

Berikut adalah beberapa teknologi kunci yang membuat pekerjaan pendidikan di abad ke-20:
Pulpen
Pensil
Spidol
Papan kapur dan penghapus
Pengikat 3 ring
Folder
Mesin Ditto
Mesin filmstrip (Bip!)
Lemari arsip fisik
Overhead proyektor dengan slide transparan
Komputer awal (ingat floppy disk?)

Jika Anda merencanakan suatu garis grafik teknologi dalam pendidikan dari saat laboratorium komputer kecil pertama di kebanyakan sekolah menengah hingga hari ini, Anda akan melihat pendakian yang curam ke atas. Hari-hari yang dilalui menjadi peralatan pendidikan yang keren sudah lama berlalu. Oke, tidak juga. Penjaga akan selalu bersikap tenang dengan kami. Intinya adalah bahwa teknologi sedang digunakan dalam berbagai cara kreatif dan efektif. Misalnya, Universitas Terbuka, situs web pendidikan yang didedikasikan untuk menyediakan pendidikan kelas jauh bagi siapa saja, di mana saja.

Teknologi memainkan peran yang semakin besar dalam pendidikan. Ada dua kebutuhan utama yang harus dipenuhi.

1. Menggunakan teknologi untuk membantu meningkatkan pengalaman belajar bagi siswa.

2. Mendapatkan siswa yang siap menggunakan teknologi untuk menavigasi dunia dengan lebih baik.

Inilah beberapa teknologi yang akan Anda lihat dalam pendidikan akhir-akhir ini, diantaranya :
Komputer modern
File dan penyimpanan elektronik
Jaringan komputer
Peran utama Internet
Peran utama email
The Cloud, termasuk Google Apps untuk pendidikan
Papan pintar
Teleconferencing
Komunikasi terpadu
Perangkat seluler dan tablet

Teknologi dalam Pendidikan: Masa Depan
Bayangkan di mana teknologi akan membawa kita di masa depan. Anda dapat membayangkan bagaimana teknologi informasi dalam pendidikan akan mengubah pengalaman belajar. Ini adalah taruhan yang baik. Anda akan melihat perampingan teknologi dan meningkatkan antarmuka. Jika kita memiliki papan pintar, Internet, dan cloud hari ini, apa yang akan kita dapatkan dalam 25 tahun mendatang?

Hal lain yang mungkin kita lihat adalah integrasi informasi yang lebih baik. Pengumpulan dan akses ke informasi penting yang lebih baik dapat membantu menyesuaikan pengalaman pendidikan bagi masing-masing siswa. Mengakses dan melihat informasi melalui lebih banyak media adalah sesuatu yang lain yang mungkin dibawa oleh masa depan. Anda telah mendengar bahwa ada semua jenis gaya belajar. Memiliki berbagai media berkualitas tinggi, termasuk media interaktif, dapat membantu siswa mempelajari konsep-konsep baru dengan lebih baik.

Ada kemungkinan dalam 25-50 tahun ke depan kita akan melihat perubahan kelas dalam cara-cara besar, seperti perbedaan antara masa kini dan abad ke-20. Sangat menarik untuk memikirkan semua kemungkinan. Apa yang akan menjadi teknologi pendidikan masa depan? Hanya waktu yang akan memberitahu.