Jumat, 07 Desember 2018

MENCONTEK ANTARA PERLAWANAN DAN PERTEMANAN


Ketika di bangku sekolah atupun perkuliahan sering kali kita jumpai tindakan nyeleneh yang dilakukan teman-teman kita atau bahkan diri kita sendiri, seperti tindakan mencontek yang dilakukan oleh para pelajar. Tindakan tersebut dilakukan bagi mereka yang tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar, baik itu guru maupun dosen.
Tindakan mencontek ini dilakukan dengan beragam alasan. Ada yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan lebih memilih sikap praktis, atau faktor lupa yang disebabkan oleh kesibukan lain, atau mungkin dikarenakan budaya yang ada memang mengharuskan mereka melakukan tindakan demikian.
Mencontek tanpa disadari merupakan benih-benih dari tindakan buruk yang jika tidak ada kesadaran untuk memperbaiki, sangat mungkin mengarah ke tindakan buruk yang lebih besar di kemudian hari, seperti halnya korupsi. Namun, tampaknya proses penyadaran tersebut akan banyak terhambat oleh berbagai hal, salah satu hal terbesar yang akan menghambatnya ialah masalah budaya.
Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap keseharian kita. Berbagai kegiatan yang kita lakukan dengan menjunjung tinggi kejujuran kadang akan menemui titik jenuh yang didasarkan atas berbagai hal. Pada sebuah pengalaman pribadi, ada sebuah kejadian saya berada pada posisi tersebut yang membuat saya merasa bimbang, yaitu ketika teman kuliah saya meminta jawaban dari hasil kerja saya sendiri. Kebimbangan saya muncul dikarenakan saya sangat menghargai hasil pekerjaan saya sendiri dan tidak suka hasil pekerjaan saya disalin oleh orang lain yang tidak melakukan apapun. Di sisi lain, saya merasa kasihan, karena permintaan tersebut datang dari teman dekat saya.
Jika kita menganalisis lebih dalam terhadap pandangan saya yang kedua, sulit rasanya untuk menegakkan prinsip kejujuran seperti yang saya junjung tinggi sebelumnya, apalagi jika kita termasuk golongan yang beriman lemah. Sayakah itu? Ah, entahlah. Kedua pandangan tersebut membuat saya bimbang antara perlawanan ataukah pertemanan.
Perlawanan yang saya maksud adalah prinsip-prinsip kejujuran yang saya telah bangun, hal itu bertentangan dengan tindakan teman saya, dan tentunya jika saya memberikan hasil kerja saya kepada teman saya, itu menandakan saya telah mencederai prinsip yang telah saya bangun, prinsip yang menolak perbuatan demikian.
Namun, hal itu juga menyangkut masalah pertemanan, hubungan tersebut dapat menimbulkan penilaian jadi subjektif. Pada akhirnya saya memberikan hasil pekerjaan saya kepada teman saya secara cuma-cuma. Di kemudian hari saya baru sadar ternyata tindakan yang saya lakukan salah.
Yang telah saya sadari adalah, prinsip pertemanan yang sifatnya subjektif dan hal tersebut akan melegalkan apapun dikarenakan hubungan yang ada. Yang seharusnynya terjadi adalah adanya pembeda antara prinsip, yang harus menekankan objektifitas dengan hal-hal lain yang sifatnya subjektif. Dengan adanya hal tersebut kita akan selalu dapat berjalan pada prinsip yang kuat dan juga tetap memiliki hubungan sosial yang baik
Budaya mencontek saat ini terlihat sebagai suatu isu sepele dan tak harus diselesaikan secara khusus, karena dampak yang ditimbulkan relatif kecil dibandingkan dengan isu-isu besar seperti tindakan kekerasan, kemacetan, dan juga korupsi yang dampaknya sangat besar terhadap publik.
Namun, jika berbicara mengenai masalah-masalah besar tersebut tentunya ada akar permasalahan yang menimbulkan benih-benih terhadap masalah besar yang marak terjadi. Akar permasalahan tersebut yang telah membudaya di masyarakat kita saat ini telah menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Hasilnya, budaya yang buruk tersebut sedikit demi sedikit masuk pada konteks yang legal untuk dilakukan.
Jika ditarik sebuah garis lurus, maka mencontek dapat diposisikan pada sisi permulaan garis, dan tindakan sekelas korupsi berada pada sisi yang lain, yang ada pada akhir garis. Ini mengartikan bahwa tindakan mencontek yang dianggap remeh-temeh sebenarnya telah memberi sinyal atau ancang-ancang di kemudian hari, bahwa ia adalah akar dari masalah bangsa yang besar.
Perlu diketahui, dampak jangka panjang dari sebuah hal yang dianggap remeh-temeh itu sifatnya tidaklah segaris lurus. Mencontek bisa menjadi indikasi terhadap tindakan korupsi. Akibat yang ditimbulkan memang tak menyangkut kesejahteraan rakyat, tapi bukan tidak mungkin akan menimbulkan berbagai tindakan kriminal lainnya. Inilah alasannya saya menyebut bahwa dampak jangka panjangnya lebih mematikan dibanding dampak sesaat.
Mencontek dalam pandangan singkat memang tak ubahnya seperti menikmati mi instan, nikmat tiada banding dan seperti namanya, tak perlu susah payah untuk memasaknya. Praktis, dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat, dan ajaibnya lagi memasak mie instan dapat dilakukan oleh orang yang tingkatan memasaknya paling rendah.
Begitu pula ketika mencontek, dalam pengalaman pribadi, bahkan mencontek dapat kita lakukan dalam kondisi mendesak sekalipun. Dan dengan berbagai macam trik yang ah... saya kira Einstein pun tak dapat membayangkannya. Namun, seperti kita ketahui, segala sesuatu yang bersifat instan akan mengarah pada jalan kegagalan yang pada tingkat akhir akan menimbulkan masalah besar, masalah yang tidak kita duga bahwa penyebabnya adalah hal remeh-temeh, yang sesungguhnya ia adalah pondasi yang kuat atas masalah besar tersebut.
Kini kita tinggal memilih, menjadi orang yang melawan dengan prinsip yang kuat demi kejayaan, atau lemah prinsip karena hubungan pertemanan.

M. Dodi Al-fayed/Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sumber : https://www.kpk.go.id/id/berita/publik-bicara/656-mencontek-antara-perlawanan-dan-pertemanan

Tidak ada komentar: