Tampilkan postingan dengan label MOTIVASI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MOTIVASI. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 September 2023

Menteri Anas Apresiasi Pemprov Bali dari Sederhanakan OPD sampai Penerapan RB Tematik Berdampak

 


Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas mengapresiasi Pemerintah Provinsi Bali yang menyederhanakan organisasi perangkat daerah (OPD). Namun ia juga tetap meminta agar seluruh pemerintah daerah mengelompokkan OPD yang sekiranya masih bisa disederhanakan atau dilebur untuk birokrasi yang lebih sederhana.

"Begitu juga dengan di kabupaten kota di Bali, mana OPD yang terlalu 'gemuk' itu bisa dikelompokkan. Karena itu akan mempunyai nilai yang tinggi untuk reformasi birokrasi," ujar Menteri Anas saat menyapa dan berdiskusi bersama ASN Pemerintah Provinsi Bali, di Wiswa Sabha, Denpasar, Bali, Senin (04/09).

Menteri Anas menyampaikan, jika pemda ingin meningkatkan nilai reformasi birokrasi, salah satunya harus melakukan pemangkasan proses birokrasi dan efisiensi sistem kerja. Dari birokrasi yang sederhana dan tidak rumit itu, diharapkan bisa semakin memberi dampak nyata bagi masyarakat.

Dalam berbagai kesempatan Menteri Anas menegaskan bahwa pemerintah harus menciptakan birokrasi yang berdampak. Sesuai arahan Presiden, birokrasi bukan sekadar tumpukan kertas dan birokrasi harus bergerak lincah dan cepat.

Ada empat fokus untuk mendorong birokrasi yang berdampak, yakni penanggulangan kemiskinan, peningkatan investasi, digitalisasi administrasi pemerintahan, dan percepatan prioritas aktual Presiden. Kerja birokrasi harus berorientasi pada hasil atau outcome bukan fokus ke input atau hulu.

20230904 Diskusi ASN Pemprov Bali 16

Salah satu dampak birokrasi adalah mudahnya pelayanan kepada masyarakat. Menteri Anas mendorong seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Bali untuk mendirikan mal pelayanan publik (MPP) serta meningkatkannya menjadi MPP Digital.

Digitalisasi ini menandakan pentingnya peningkatan kualitas tata kelola dan pelayanan kepada seluruh masyarakat Pulau Dewata. "Bisa sempurna seluruh kabupaten/kota membuat MPP. Harapan saya bisa ditingkatkan, tidak lagi MPP dalam bentuk MPP konvensional, tapi MPP digital," tuturnya.

Menteri Anas menyampaikan, untuk mendirikan MPP tidak harus dengan gedung yang besar. "Cukup dengan gedung kecil yang penting layanannya terintegrasi," tegas Menteri Anas dalam acara yang dihadiri oleh seluruh bupati dan wali kota se-Bali.

Lebih jauh dari itu, Menteri Anas mengapresiasi Bali atas penetapan haluan pembangunan 100 tahun melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana. Dalam kesempatan itu Gubernur Bali Wayan Koster menyerahkan Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 kepada wali kota dan bupati seluruh Bali.

Pencanangan tersebut terinspirasi konsep pembangunan berkelanjutan yang digagas Presiden Pertama RI Soekarno. Bali merupakan satu-satunya provinsi yang menetapkan rencana pembangunan 100 tahun kedepan.

"Haluan 100 tahun memandu, menjaga dan meningkatkan dampak kerja birokrasi, saat ini penduduk miskin Bali hanya mencapai 4,25 persen jauh dibawah rata-rata nasional yaitu 9,36 persen dan data kasus stunting hanya 8.0 persen (terendah dari semua provinsi),”ungkap Anas.

20230904 Diskusi ASN Pemprov Bali 25

Salah satu yang menjadi fokus dalam Pembangunan Semesta Berencana ini adalah penurunan angka kemiskinan dan stunting. Hal tersebut sesuai dengan reformasi birokrasi tematik yang kerap digaungkan Menteri Anas terkait penanggulangan kemiskinan.

Wayan Koster menjelaskan, jajaran Pemprov Bali berhasil menyederhanakan 13 OPD. "Dari 49 menjadi 36 OPD. Tapi kami menambah dua dinas yang sesuai dengan kondisi Bali," ungkapnya.

Dua OPD yang disebutkan Koster adalah Dinas Pemajuan Masyarakat Adat serta Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRID). Menurutnya, pendirian dua lembaga ini sudah diperhitungkan secara matang dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Bali.

Selain itu, seluruh organisasi dibawah naungan Provinsi Bali juga sudah menerapkan sistem merit secara ketat untuk mengisi jabatan. Sementara dari sisi lain, Pemprov Bali gencar menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).

Koster mengakui, adanya SPBE mempermudah tata kelola pemerintahan Bali. Sistem digital juga mendorong ASN Bali bekerja secara efektif, efisien, dan produktif, serta tak menutup mata terhadap perkembangan digital. "Astungkara, semua bisa diselenggarakan dengan baik. Tidak lepas dari kebijakan Menteri PANRB. Kami mendapat banyak bimbingan," pungkas Koster. (don/HUMAS MENPANRB)

Sabtu, 26 Agustus 2023

Guru Bisa Belajar Lebih Banyak di Platform Merdeka Mengajar

 Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, kembali menyelenggarakan Webinar Series Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) Platform Merdeka Mengajar (PMM) pada Senin (24/7/2023) melalui kanal YouTube Ditjen GTK Kemdikbud RI.


Dengan mengangkat tema “Tips Belajar Kurikulum Merdeka melalui Berbagai Sumber Belajar Kemendikbudristek”, webinar series ke-24 ini ditujukan untuk memberikan informasi dan pemahaman mengenai cara memanfaatkan sumber belajar yang terdapat pada Platform Merdeka Mengajar, mensosialisasikan cara memanfaatkan modul Seri Belajar yang terdapat pada Platform Merdeka Mengajar yang dapat digunakan Sekolah/Komunitas, berbagi praktik baik guru yang terlibat dalam komunitas belajar dalam implementasi modul seri belajar yang terdapat di Platform Merdeka Mengajar, dan mengajak peserta webinar untuk mengaktivasi dan memanfaatkan peran komunitas belajar di satuan pendidikan masing-masing. 

Dr. Praptono, M.Ed., Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPS Tendik), dalam sambutannya mengatakan bahwa pada tahun ajaran 2023/2024, sebanyak 15.3621 sekolah telah melakukan pendaftaran untuk melakukan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Sedangkan dari tahun ajaran lalu, sebanyak 12.947 sekolah telah melakukan refleksi IKM. Jadi, pada saat ini, terdapat 256.568 sekolah yang sedang menjalankan Implementasi Kurikulum Merdeka. 

“Ini artinya, 82.12 persen sekolah jenjang formal di Indonesia telah menjadi bagian dari Implementasi Kurikulum Merdeka. Ini menandakan bahwa semangat dan komitmen para guru dan kepala sekolah kita untuk melaksanakan pembelajaran yang berfokus pada murid, menciptakan ekosistem belajar di sekolah yang aman, nyaman, dan inklusif, menumbuhkan budaya refleksi dalam layanan pendidikan,” ujarnya. 

Oleh sebab itu Praptono menegaskan bahwa untuk memaksimalkan transformasi pendidikan yang sedang bergerak saat ini, Kemendikbudristek RI telah menghadirkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) agar para guru bisa belajar secara mandiri dan dalam platform ini lebih dari 126 paket modul latihan mandiri yang bisa diakses untuk kebutuhan guru di lapangan. 

“Saya sangat berharap dan mendorong para guru untuk bisa memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar ini,” tutupnya. 

Memahami Menu Komunitas dan Pelatihan Mandiri

Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Platform Merdeka Mengajar, webinar ini langsung menghadirkan M. Nur Qadri S, S.Pd., M.S.,  dan Amalia Fitri, S.Si., dari Tim Platform Merdeka Mengajar. 

Dalam paparannya, Qadri menyampaikan kembali tentang substansi Platform Merdeka Mengajar dan secara spesifik ia menjabarkan tentang pemanfaatan “Menu Komunitas” yang terdapat dalam platform tersebut. Di dalam menu ini terdapat tiga bagian komunitas yakni Komunitas Belajar dalam Sekolah, Komunitas Belajar antar Sekolah, dan terakhir, yang menjadi fokus pembahasan Qadri, Komunitas Belajar pada Platform Merdeka Mengajar.

Terkait hal tersebut, ia menjelaskan bahwa komunitas yang mendaftar di Platform Merdeka Mengajar (PMM) adalah komunitas belajar antar sekolah yang memang ingin berbagi secara daring dengan guru-guru lainnya. Dengan begitu, lanjutnya, komunitas dalam sekolah tidak dianjurkan untuk mendaftar di dalam PMM kecuali di memang ingin berbagi juga dengan guru-guru di luar sekolah. 

Lalu, bagi komunitas yang sudah mendaftar di PMM, Qadri mengharapkan agar setiap komunitas itu rutin menjadwalkan kegiatan berbagi dalam bentuk webinar di PMM. Lalu, soal topik webinar, ia mengatakan bahwa setiap komunitas dapat menyampaikan perihal cerita berbagi praktik baik dari apa yang dipelajari dan diimplementasikan oleh penggerak.  

“Mari gunakan Platform Merdeka Mengajar untuk belajar bersama karena konten di dalamnya sangat banyak dan bisa Bapak/Ibu guru manfaatkan baik secara mandiri maupun bersama rekan guru lain di dalam sekolah,” himbaunya. 

Setelah paparan tentang “Menu Komunitas”, Amalia Fitri dari Tim Platform Merdeka Mengajar, melanjutkan penjelaskan terkait “Menu Pelatihan Mandiri” untuk mempelajari Kurikulum Merdeka bersama komunitas.

Secara khusus, dalam kesempatan itu, Amalia memperkenalkan Seri Belajar Bersama sebagai pegangan untuk Penggerak Komunitas dalam mengadakan belajar bersama di komunitas menggunakan modul pelatihan mandiri di Platform Merdeka Mengajar. 

 Ia memaparkan bahwa Seri Belajar Bersama itu terdiri dari tiga bagian utama yakni Rekomendasi Kegiatan Belajar, Titik Cek, dan Pilihan Kegiatan Penguatan. Dalam bagian pertama, para guru dapat memanfaatkan berbagai rekomendasi yang dapat digunakan sebelum belajar, selama belajar, dan setelah belajar.

Sementata itu, bagian kedua, berisi ragam kegiatan sederhana yang dapat digunakan komunitas untuk menjaga antusias anggota komunitas, menghidupkan suasana, memastikan anggota mengikuti kegiatan, dan memantik interaksi antar anggota. Dan terakhir, bagian ketiga, berisi aktivitas sinkron yang bisa dilakukan dalam komunitas untuk penguatan setelah menonton, misalnya terkait Topik Kurikulum Merdeka atau Topik Penyesuaian Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid. 

“Di dalam Platform Merdeka Mengajar sudah tersedia seri belajar yang mengakomodir agar Ibu/Bapak bisa belajar pelatihan mandiri dalam komunitasnya. Silakan dimanfaatkan dengan baik sebagai upaya untuk memahami Kurikulum Merdeka dan mengimplementasikannya di kelas,” ungkap Amalia. 

Pesan dan Kesan Para Guru

Dalam kesempatan yang sama hadir perwakilan guru Indonesia yang turut menyemarakkan webinar. Anita Nurhasanah, S.Pd., guru dari SDN 041 Peningki Permai (Kalimantan Utara), menyampaikan cerita pengalamannya dalam memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar.

“Setiap anak memiliki pribadi yang unik kita perlu menyesuaikan kesiapan belajar sesuai keunikan pribadi masing-masing. Prinsipnya, guru harus menyesuaikan teknik pembelajaran sesuai kebutuhan, keunikan, dan karakteristik murid. Mari kita perbanyak bukti karya dan praktik baik, dan unggah di Platform Merdeka Mengajar,” ungkapnya. 

Sementara itu, Susi Afrianita, S.Pd., guru dari SMP Satu Atap Negeri 8 Lhoksukon (Aceh Utara) pun tak ketinggalan menyampaikan pesan dari pengalamannya kepada guru di penjuru Indonesia. 

“Mari kita sama-sama tingkatkan pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar sebagai sumber belajar yang disediakan Kemendikbudristek untuk teman pada guru dan kepala sekolah dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka,” ujarnya.

Sumber : https://gtk.kemdikbud.go.id/

Kamis, 30 Maret 2023

Ini Bukti Nyata Komitmen Pemerintah Menjadikan Alumni PGP sebagai Kepala Sekolah

 


Terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 40 Tahun 2021 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah merupakan wujud komitmen pemerintah untuk menempatkan Guru Penggerak sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah.
 
Salah satu daerah yang telah menerapkan Permendikbudristek ini dengan cepat ialah Pemerintah Kota Bandar Lampung. Pelaksana tugas Kepala Seksi Pendidik Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung, Supriatin mengatakan saat ini sudah ada 30 Guru Penggerak yang diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas di wilayahnya.
 
“Saat ini Kota Bandar Lampung memiliki 289 Guru Penggerak untuk jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Dari jumlah tersebut, 23 orang telah diangkat sebagai Kepala Sekolah dan 7 orang diangkat menjadi pengawas,” ungkap Supriatin kepada Tim Press Tour Kementerian Pendidikan, Riset, dan Kebudayaan di Kampus Universitas Negeri Lampung, Kamis (16-3-2023).
 
Supriatin mengungkapkan, jumlah Guru Penggerak yang telah diangkat menjadi Kepala Sekolah dan pengawas masih di bawah 50 persen. Hal tersebut dikarenakan masih banyak guru penggerak yang belum memenuhi persyaratan dari golongan kepangkatan.
 
Pada kesempatan yang sama, Supriatin didampingi oleh dua alumni Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 2 yang telah diangkat menjadi Kepala Sekolah, yaitu Meli Gustina, Kepala SDN 1 Panjang Selatan dan Heri Risdianto, Kepala SDN 2 Batu Putuk, Bandar Lampung.
 
Meli menyampaikan bahwa dirinya sangat beruntung mengikuti PGP sebagai peserta tertua di antara peserta lainnya. “Saya mendaftar diumur 49 tahun, umur 50 selesai pendidikan, dan di umur 51 saya diangkat menjadi kepala sekolah,” katanya.
 
Lebih lanjut, Meli mengatakan bahwa mengikuti PGP secara tidak sengaja, hal itu dikarenakan Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (SIM PKB) miliknya tidak dapat diakses dan mengharuskannya untuk mengunjungi kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung. Namun di sana ia malah mendapatkan informasi terkait Guru Penggerak.
 
Kepala SDN 1 Panjang Selatan itu mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui akan diangkat menjadi kepala sekolah, karena ia hanya ditugaskan untuk mengikuti pelantikan. Akan tetapi, di saat yang bersamaan dirinya justru mendapat kabar bahwa dia diangkat menjadi kepala sekolah.
 
Ia mengaku bangga dapat menjadi bagian dari program PGP karena banyak ilmu baru yang belum pernah diperoleh. “Selain itu terdapat jejaring Guru Penggerak yang saling mendukung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas,” ucap Meli.
 
Senada dengan Meli, Heri Risdiyanto menyampaikan bahwa ia mendapatkan informasi mengenai pendaftaran Guru Penggerak di saat membuka SIM PKB. “Saat melihat syarat-syaratnya, saya masuk ke dalam persyaratannya,” ungkap Heri.
 
Selain itu, Kepala SDN 2 Batu Putuk mengungkapkan bahwa ia menjadi kepala sekolah hanya bermodalkan dua kata “siap” kepada Kepala Bidang dan Kepala Dinas. Karena ia yakin, bahwa dengan bekal selama 9 bulan mengikuti PGP akan cukup memadai untuk menjadi kepala sekolah.
 
Berbekal pengalamannya, Heri mendorong guru senior maupun junior yang ada di SDN 2 Batu Putuk untuk mengikuti PGP. “Alhamdulillah, dari empat guru yang saya bimbing, dua di antaranya lulus,” pungkas Heri bangga. (Rayhan Parady/Editor: Denty A.)

Perguruan Tinggi Mulai Bersiap, Program Wirausaha Merdeka Targetkan 12.000 Peserta di Tahun 2023

 

Program Wirausaha Merdeka saat ini tengah membuka pendaftaran Perguruan Tinggi Pelaksana untuk angkatan yang kedua. Tahun ini, Program Wirausaha Merdeka menargetkan jumlah peserta sebanyak 12 ribu mahasiswa.
 
Untuk menghimpun minat perguruan tinggi serta berbagai pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaannya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Soft Launching Program Wirausaha Merdeka Tahun 2023 untuk perguruan tinggi yang tergabung dalam LLDIKTI Wilayah II, VIII, IX, X, XI, XII, XV dan XVI, Jumat (24-3-2023) secara daring.
 
“Kolaborasi dengan seluruh mitra untuk menjadi mentor pendamping adik-adik mahasiswa dalam membangun kewirausahaannya sangatlah penting dan perlu terus diperkuat sehingga pengalaman dari para praktisi dan para pakar akan tertransfer dan menjadi inspirasi bagi adik-adik mahasiswa untuk mewujudkan cita-citanya,” terang Nizam, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
 
Wirausaha Merdeka adalah salah satu program unggulan dalam kerangka kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pembelajaran di bidang kewirausahaan selama satu semester di Perguruan Tinggi Pelaksana terpilih.
 
Program ini diselenggarakan untuk pertama kalinya di tahun 2022 lalu sebagai wadah untuk menanamkan pola pikir dan kompetensi dasar di bidang kewirausahaan, meningkatan keterampilan kerja dan pengalaman kewirausahaan mahasiswa, serta mempersiapkan lulusan perguruan tinggi untuk membangun usaha sendiri. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia sekaligus menekan angka pengangguran terdidik tingkat perguruan tinggi.
 
Kiki Yuliati, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi yang turut hadir dalam acara tersebut menjelaskan bahwa Program Wirausaha Merdeka bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa di perguruan tinggi agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta pengalaman yang nyata sebagai modal yang dibutuhkan agar mereka nanti mampu menjadi wirausahawan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
 
“Saat ini jumlah angkatan kerja produktif terus meningkat dan Indonesia membutuhkan lebih banyak lapangan kerja,” kata Kiki.
 
Pelaksanaan Program Wirausaha Merdeka 2023 diawali dengan tahap pendaftaran, seleksi, dan penetapan Perguruan Tinggi Pelaksana yang akan berlangsung hingga akhir Mei mendatang. Proses seleksi dilakukan oleh reviewer yang telah ditentukan oleh pengelola Program Wirausaha Merdeka, dengan komponen penilaian meliputi profil perguruan tinggi, program kewirausahaan yang diusulkan, serta perencanaan dan pengelolaan keuangan.
 
Selanjutnya, pendaftaran akun mahasiswa akan dibuka mulai tanggal 20 April. Program ini dapat diikuti oleh mahasiswa aktif pada jenjang pendidikan D2, D3, D4, dan S1 minimal semester 3, yang bisa memperoleh rekognisi pembelajaran hingga 20 SKS, dan bisa pula diikuti oleh mahasiswa jenjang S2 dan S3 tanpa rekognisi SKS.
 
“Kami mengajak seluruh pihak untuk ambil bagian dalam program Wirausaha Merdeka dan bersama-sama kita mengambil langkah maju menyambut masa depan Indonesia yang lebih baik,” tutur Kepala Program Wirausaha Merdeka, Gamaliel Waney. (Tim MBKM, Editor: Vicka)

Selasa, 25 Oktober 2022

TOKOH BAHASA

 

A. A. Navis



Nama lengkap A.A. Navis adalah Ali Akbar Navis, tetapi sepanjang kariernya ia lebih dikenal dengan namanya yang lebih simpel A.A. Navis. Ia  lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, tanggal 17 November 1924. Ia merupakan anak sulung dari lima belas bersaudara.  

Berbeda dengan kebanyakan putra Minangkabau yang senang merantau, A.A. Navis
telah memateri dirinya untuk tetap tinggal di tanah kelahirannya. Ia berpendapat bahwa merantau hanyalah soal pindah tempat dan lingkungan, tetapi yang menentukan keberhasilan  tetaplah kreativitas itu sendiri.

Kesenangan A.A. Navis terhadap sastra dimulai dari rumah. Orang tuanya, pada saat itu, berlangganan majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat. Kedua majalah itu  memuat cerita pendek dan cerita bersambung di setiap edisinya. Navis selalu membaca cerita itu dan lama-kelamaan ia mulai menggemarinya. Ayahnya, St. Marajo Sawiyah, mengetahui dan mau mengerti akan kegemaran Navis.  Ayahnya pun lalu memberikan uang agar Navis dapat  membeli buku bacaan kegemarannya. Itulah modal awal Navis untuk menekuni dunia karang-mengarang di kemudian hari.

Navis memulai pendidikan formalnya dengan memasuki sekolah Indonesisch Nederiandsch School (INS) di daerah Kayutaman selama sebelas tahun. Kebetulan jarak antara rumah dan sekolah Navis cukup jauh. Perjalanan panjang yang ditempuhnya setiap hari itu dimanfaatkannya untuk membaca buku sastra yang dibelinya. Selama sekolah di INS, selain mendapat pelajaran utama, Navis juga mendapat pelajaran kesenian dan berbagai keterampilan.

Pendidikan Navis, secara formal, hanya sampai di INS. Selanjutnya, ia belajar secara otodidak. Akan tetapi, kegemarannya membaca buku (bukan hanya buku sastra, juga berbagai ilmu pengetahuan lain) memungkinkan intelektualnya berkembang. Bahkan, ia terlihat  menonjol dari teman seusianya. Dari berbagai bacaan yang diperolehnya, Navis kemudian mulai menulis kritik dan esai. Ia berusaha menyoroti kelemahan cerpen Indonesia dan mencari kekuatan cerpen asing. Ketika menulis cerpennya sendiri, kelemahan cerpen Indonesia itu dicoba  diperbaikinya dengan memadukannya dengan kekuatan cerpen asing.

Navis memulai kariernya sebagai penulis ketika usianya sekitar tiga puluhan. Sebenamya ia sudah mulai aktif menulis sejak tahun 1950. Akan tetapi, kepenulisannya baru diakui sekitar tahun 1955 sejak cerpennya banyak muncul di beberapa majalah, seperti Kisah, Mimbar Indonesia, Budaya, dan Roman.

Selain cerpen, Navis juga menulis naskah sandiwara untuk beberapa stasiun RRI, seperti Stasiun RRI Bukittinggi, Padang, Palembang, dan Makassar. Selanjutnya, ia juga mulai menulis novel. Tema yang muncul dalam karya  A.A. Navis biasanya bernapaskan kedaerahan dan keagamaan sekitar masyarakat Minangkabau.

Navis pernah berkeinginan menulis peristiwa kemiliteran yang pernah dihadapi bangsa Indonesia dan tentang kebangkitan umat Islam. Akan tetapi, keinginan itu diurungkannya mengingat sulitnya mencari penerbit yang mau menerbitkan cerita yang berisi kedua peristiwa tersebut. Kalau dipaksakan, hal itu dapat menjadi suatu karya yang mubazir. Navis memang prihatin terhadap situasi bangsa Indonesia saat itu sehingga tidak perlu heran mengapa banyak pengarang lebih memilih membuat cerita “hiburan” agar dapat  terbit. Keadaan itu menimbulkan kesan bahwa bangsa Indonesia memang lebih menyukai pekerjaan di atas ranjang daripada pekerjaan bermanfaat bagi manusia. 

Tentang kehadirannya dalam  sastra Indonesia, A. Teeuw berkomentar bahwa Navis sebenarnya bukan seorang pengarang besar, melainkan seorang pengarang yang menyuarakan suara Sumatera di tengah konsep Jawa (pengarang Jawa) sehingga ia layak disebut sebagai pengarang “Angkatan Terbaru”. Komentar lain, Abrar Yusra, mengatakan bahwa cerpen Navis “Robohnya Surau Kami” yang mendapat hadiah kedua dari majalah Kisah sebenarnya lebih terkenal daripada cerpen “Kejantanan di Sumbing” karya Subagio Sastrowardoyo.

Hidup sebagai sastrawan tidaklah mudah, terutama dalam masalah perekonomian. Hidup dari sekadar mengharapkan upah menulis menjadi suatu hal yang mustahil. Hal itu disadari betul oleh Navis. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa ia menjadi pengarang hanya ketika  ia mengarang. Setelah itu, ia menjadi orang biasa lagi yang harus bekerja untuk mendapatkan nafkah.

Di luar bidang kepengarangannya itu, Navis bekerja sebagai pemimpin redaksi di  harian Semangat (harian angkatan bersenjata edisi Padang), Dewan Pengurus Badan Wakaf INS, dan pengurus Kelompok Cendekiawan Sumatera Barat (Padang Club). Di samping itu, Navis juga sering menghadiri berbagai seminar masalah sosial dan budaya sebagai pemakalah atau peserta.

Setelah Navis menikah, istrinya juga ikut membantu pekerjaannnya sebagai sastrawan. Apabila ia sedang menulis sebuah cerita, istrinya selalu mendampinginya dan membaca setiap lembar karangannya. Ia memperhatikan reaksi istrinya ketika membaca dan itu yang dibuatnya sebagai ukuran bahwa tulisannya sesuai atau tidak dengan keinginannya.

Di hari tuanya, Navis menyimpan beberapa gagasan untuk menulis cerpen dan memulai menggarap novel. Beberapa dari keinginannya itu sudah selesai, tetapi banyak juga yang terbengkalai. Kendalanya adalah usianya yang bertambah tua yang menyebabkan daya tahan tubuh dan pikirannya semakin menurun. A.A. Navis meninggal karena sakit di Rumah Sakit Pelni, Jakarta, tahun 2004.

a. Cerita Pendek
1. Robohnya Surau Kami (kumpulan cerpen), Jakarta: Gramedia, 1986
2. Hujan Panas dan Kabut Musim (kumpulan cerpen), Jakarta: Jambatan, 1990
3. “Cerita Tiga Malam”, Roman, Thn. V, No.3, 1958:25--26
4. “Terasing”, Aneka, Thn. VII, No. 33, 1956:12--13
5. “Cinta Buta”, Roman, Thn. IV, No. 3, 1957
6. “Man Rabuka”, Siasat, Thn. XI, No. 542, 1957:14--15
7. “Tiada Membawa Nyawa”, Waktu, Thn. XIV, No.5, 1961
8. “Perebutan”, Star Weekly, Thu. XVI, No. 807, 1961
9. “Jodoh”, Kompas, Thu. Xl, No. 236, 6 April 1976:6

b. Puisi
Dermaga dengan Empat Sekoci (kumpulan 34 puisi), Bukittinggi: Nusantara

c. Novel
1. Kernarau, Jakarta: GrasIndo, 1992
2. Saraswati  si Gadis dalarn Sunyi, Jakarta: Pradnya Paramita, 1970.

d. Karya Nonfiksi
1. “Surat-Surat Drama”, Budaya, Thn.X, Januari-Februari 1961
2. “Hamka Sebagai Pengarang Roman”, Berita Bibliografi, Thn.X, No.2, Juni 1964
3. “Warna Lokal dalam Novel Minangkabau”, Sinar Harapan, 16 Mel 1981
4. “Memadukan Kawasan dengan Karya Sastra.”, Suara Karya, 1978
5. “Kepenulisan Belum Bisa Diandalkan sebagai Ladang Hidup”, Suara Pembaruan, 1989
6. “Menelaah Orang Minangkabau dari Novel Indonesia Modern”, Bahasa dan
Sastra
, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1977

e. Hadiah dan Penghargaan
1. Hadiah kedua lomba cerpen majalah Kisah (1955) untuk cerpen “Robohnya Surau Kami”
2. Penghargaan dari UNESCO (1967) untuk kumpulan cerpen Saraswati dalam Sunyi
3. Hadiah dari Kincir Emas (1975) untuk cerpen “Jodoh”
4. Hadiah dari majalah Femina (1978) untuk cerpen “Kawin”
5. Hadiah seni dari Depdikbud (1988) untuk novel Kemarau
6. SEA Write Awards (1992) dari Pusat Bahasa (bekerja sama dengan Kerajaan Thailand)

Sumber : Badan Bahasa

Semoga bermanfaat sahabat gtkpaudkotabkl.

Senin, 17 Agustus 2020

Makna Angka 17 sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang Tak Banyak Orang Tau

 

Setelah Jepang bertekuk lutut pada Sekutu, pada 15 Agustus 1945, sejumlah pemuda yang mendengarnya melalui radio asing mendatangi Bung Karno yang baru kembali dari Dallat, Saigon, Vietnam.

Seperti yang dikutip Mantrasukabumi.com dari laman rri.co.id, para pemuda yang dipimpin murid Tan Malaka, Sukarni, itu mendesak Bung Karno agar memproklamirkan kemerdekaan RI saat itu juga.

Karena Bung Karno tidak mau memproklamasikan kemerdekaan pada hari itu, mereka yang menemui Bung Karno di kediamannya, Jl Proklamasi 56, Jakarta Pusat, sempat mengancam.

Bung Karno, bersama Bung Hatta, Fatmawati dan Guntur, lantas diculik oleh para pemuda, pada tanggal 16 Agustus 1945, saat Subuh.

Tapi, Bung Karno tidak mau melayani ancaman itu. Menurut Bung Karno, sejak berada di Saigon dia sudah merencanakan seluruh pekerjaan tersebut untuk dijalankan pada tanggal 17 Agustus.

”Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja atau tanggal 16,” tanya Sukarni seperti diceritakan dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Bung Karno menjawab, ”Saya orang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, tidak dapat menjelaskan mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku.

Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku bahwa dua hari lagi adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka keramat. 17 adalah angka suci.”

”Pertama-tama,” lanjut Bung Karno, ”kita sedang berada dalam bulan Ramadhan, waktu kita semua sedang berpuasa. Hari Jumat ini Jumat Legi. Jumat yang berbahagia dan suci. Dan, hari Jumat tanggal 17. Alquran diturunkan tanggal 17.

Orang Islam sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, mengapa tidak 10 atau 20 saja? Karena itu, kesucian angka 17 bukan buatan manusia.

Ternyata seperti itulah maknanya, semoga bermanfaat dan menjadi acuan pengetahuan.**

Sumber : https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/


Rabu, 12 Desember 2018

KEGAGALAN ADALAH KEBERHASILAN YANG TERTUNDA



Gagal Ujian
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar siswa, mahasiswa atau calon pencari kerja yang akan pada satu waktu atau yang lain gagal dalam ujian akademik dan atau tes seleksi kerja. Perasaan yang hasilnya sering merusak. Seringkali, kegagalan bukanlah hasil dari kurangnya belajar dan persiapan meskipun sering kurangnya komitmen dapat menjadi faktor utama kegagalan.

Perasaan malu dan bersalah sering muncul dari kegagalan pada tugas apa pun. Harga diri mengambil pukulan negatif yang besar, terutama jika seseorang telah bekerja keras dalam persiapan untuk ujian atau tugas yang dimaksud. Sangat sedikit orang yang keluar dari kegagalan ujian tanpa tersentuh oleh beberapa perasaan negatif.

Sama seperti dalam kesedihan karena kehilangan yang signifikan, kebanyakan orang mengalami serangkaian emosi setelah kegagalan mereka.

Kebanyakan orang menjadi takut karena tidak dapat mencapai sukses dalam kursus atau sekolah tertentu pada umumnya.
Mereka memilih untuk menyerah dan mungkin putus sekolah (bagi yang sekolah).
Atau, mereka membuat pilihan untuk mencoba lagi dengan menggunakan strategi berbeda.
Beberapa orang bereaksi terhadap kegagalan dengan menyalahkan orang lain.
Guru membuat ujian terlalu keras atau pembuat soal memberi soal yang sulit untuk dijawab.
Mereka membenarkan kurangnya belajar dengan menyalahkan kegagalan mereka karena kurangnya pengajaran yang baik, kurangnya lokasi yang tepat untuk belajar secara efektif atau "kebohongan" lain yang mereka yakini adalah kebenaran.
Mereka mungkin menjadi marah dan menyerah.
Mereka dapat memilih, setelah periode pendinginan atau melalui konseling dengan teman-teman, bahwa sikap yang lebih baik akan membuat mereka semakin jauh dan sekali lagi dapat mencoba untuk mencapai kesuksesan melalui strategi yang lebih baik di kelas dan saat belajar.
Reaksi pribadi terhadap kegagalan dapat menentukan apakah seseorang pada akhirnya akan mendapatkan kesuksesan. Teman dan guru dapat membantu membuat perbedaan dengan menyarankan beberapa strategi kunci kesuksesan.

Memberikan Dorongan kepada Siswa atau calon pegawai yang Telah Mengalami Ujian
1. Ingatkan siswa/orang dewasa bahwa dia hanya manusia.
Semua dari kita menghadapi kegagalan pada satu waktu atau lainnya.
Selalu ada sesuatu untuk dipelajari yang membantu dalam melakukan lebih baik di lain waktu.

2. Cobalah untuk memfokuskan perhatiannya pada pentingnya ketekunan.
Satu-satunya kegagalan adalah menyerah.
Fokuskan perhatian mereka pada keberhasilan sebelumnya dalam ujian dan tugas untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Dorong mereka untuk fokus pada strategi yang mereka gunakan yang memberi mereka sukses.
Mintalah mereka menuliskan daftar tujuan mereka untuk mendorong ketekunan.
Biarkan mereka melampiaskan rasa frustrasi mereka yang memungkinkan mereka untuk membersihkan diri dari negativitas.
Temukan contoh orang lain yang harus mengikuti ujian, tes dan / atau kursus lebih dari satu kali dan bagaimana dengan melakukannya mereka akhirnya menemukan keberhasilan.
Dorong mereka untuk beristirahat sejenak untuk mengistirahatkan pikiran mereka dan memfokuskan kembali prioritas mereka.
Terus membangun kepercayaan diri dan kepercayaan diri mereka dengan meminjamkan telinga yang mendengarkan ketika dibutuhkan.

3. Jangan mengejek orang atau membuat komentar yang tidak peka.
4. Bantu orang itu.

Tawarkan untuk berbagi strategi yang telah Anda gunakan ketika belajar yang telah memberi Anda keberhasilan dalam ujian.
Jalankan tugas untuk mereka dan / atau bantu mereka dengan tugas-tugas untuk meluangkan waktu mereka untuk belajar dengan lebih sedikit gangguan.
Sarankan kebutuhan untuk tutor dan jika orang tersebut setuju, bantulah mereka menemukan yang cocok.
Ingatkan mereka lagi tentang tujuan mereka untuk masa depan dan bantu mereka menjadi bersemangat lagi tentang rencana masa depan mereka.

5. Arahkan mereka ke sumber daya yang dapat membantu mereka kembali ke jalur yang benar.
Strategi belajar baru dapat membantu mereka berhasil di lain waktu.
Dorong mereka untuk menciptakan ruang kerja yang lebih teratur dan lebih tenang jika itu tampaknya kurang.
Teknik motivasi diri dapat membantu mereka kembali ke jalur yang benar menuju kesuksesan dan teman Anda mungkin hanya perlu bantuan untuk menemukan sumber daya.

Selamat berkarya dan terus berjuang Saudaraku semua yang belum berhasil......