Rentang Indonesia secara geografis beragam, pun begitu dengan sosial ekonomi serta budayanya. Maka diperlukan kebijakan yang tidak one size fits all untuk menyikapi hal tersebut.
“Salah satu strategi utama kita di GTK adalah membentuk ekosistem belajar guru di setiap provinsi. Jadi menurut kami ini penting karena tentunya kita ingin guru belajar, tapi kita ingin guru belajar itu hal yang relevan, sesuai dengan tantangan pembelajaran yang dihadapi murid-muridnya di sekolah, sesuai dengan tingkat kemampuan gurunya yang sangat beragam itu. Diferensiasi bukan saja untuk murid, diferensiasi untuk belajarnya guru,” kata Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan Syahril dalam wawancara telekonferensi, Rabu (3/6/2020).
Pada setiap provinsi akan dibuat hub yang inklusif serta relevan pada permasalahan yang ada di tempat tersebut.
“Dengan adanya komunitas belajar ini, ekosistem, kita istilahkan sebagai hub-nya. Hub ini adalah hub yang inklusif. Di hub itu, ini bukan hanya pemerintah, tapi juga kepala sekolah boleh ikutan, guru-guru, akademisi, organisasi profesi, penggiat pendidikan, atau mungkin sektor swasta yang ingin bagaimana caranya guru-guru atau kepala sekolah bisa belajar dengan baik,” ujar Iwan Syahril.
“Ini perlu ada di setiap provinsi. Karena apa yang relevan di Maluku, tidak akan sama dengan apa yang relevan di Bengkulu. Apa yang relevan di Medan, enggak sama dengan apa yang relevan di Kupang, dan lain sebagainya,” sambungnya.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril pun mengungkap muara dari hub ini adalah untuk melayani kebutuhan belajar murid.
“Jadi dengan semakin aktifnya komunitas ini, hub ini insya Allah ke depannya kita bisa lebih baik lagi, terutama kembali lagi kepada murid. Karena ujung-ujungnya guru belajar untuk membantu mereka melayani murid dengan lebih baik, sehingga kualitas murid bisa lebih baik. Semakin relevan belajarnya guru akan semakin terbantu pula murid untuk bisa belajar dengan baik,” ungkap Dirjen GTK Kemendikbud Iwan Syahril.
“Karena awal dari murid dan kemudian kembali lagi kepada murid, dalam konteks apa yang kita lakukan di dunia kependidikan,” tambah Iwan Syahril menjelaskan filosofi Merdeka Belajar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar