Senin, 20 November 2017

Guru Pahlawan Mulia


Ditulis oleh : Usep Saepudin

Guruku tersayang, guruku tercinta
Tanpamu, apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal
Guruku, terimakasihku

(Lirik lagu Terimakasih Guruku, Ciptaan Melly Goeslaw dan Syipa P)


Guru merupakan pahlawan yang mulia. Pahlawan yang berkorban mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk mengamalkan ilmu yang bermanfaat. Hari-hari indah seorang guru dilalui dengan mengajar, mendidik, membimbing peserta didik dengan ikhlas, tanpa mengenal lelah, mengeluh atau pun mengalami kejenuhan. Kemuliaan seorang guru membawa kesuksesan pada sekian banyak peserta didiknya, bahkan melebihi kesuksesan dirinya sendiri, namun dia tetap saja menjadi guru. Tidak ada kebanggaan dan kebahagiaan hidup guru yang luar biasa, melainkan tatkala mendengar peserta didiknya mampu menjadi sosok yang berhasil, berguna bagi bangsa, negara dan agama, sebagai indikator keberhasilan mendidik. Dengan sikap mulia dan jiwa besarnya itu, guru akan senantiasa menjadi pelita dalam kegelapan, memberikan arah dan jalan dalam mengarungi kehidupan ini.
Teringat sejarah Jepang di tahun 1945, setelah kota-kota pentingnya yakni Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu. Kaisar Hirohito denga tegas bertanya kepada jenderalnya: “Berapa guru yang masih hidup?”, bukan bertanya: “Berapa tentara yang masih hidup?”. Dalam beberapa keterangan dijelaskan oleh Hirohito, bahwa kekuatan militer Jepang saat itu sudah mengalami kelumpuhan. Satu-satunya orang yang akan membangkitkan kembali peradaban Jepang adalah guru. Keyakinan ini terbukti di masa sekarang, dimana Jepang bergerak maju, menjadi pelopor ilmu pengetahuan dan teknologi, industri dan ekonomi serta ketahanan pangan dengan tidak menghilangkan akar budaya mereka sendiri.
Kaitannya dengan peran penting dan kemuliaan guru, Al Ghazali mengungkapkan bahwa, “guru adalah orang besar di semua kerajaan langit, seperti matahari yang menerangi dan memberikan kehidupan bagi umat manusia”. Guru memberikan petunjuk pada kebaikan, mengarahkan manusia dalam membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah sehingga memberikan arahan kepada jalan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Tugas guru bukan hanya aktivitas ritual atau fenomenal belaka, namun senantiasa menjadi nilai ibadah dan amal saleh, jika berangkat dari nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang menunjukan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim).
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan mengemukakan bahwa peran guru secara filosofis, meliputi: Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberikan teladan), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah membangun kemauan), Tut Wuri Handayani I (Di belakang memberikan dukungan moral).
Guru akan senantiasa menjadi contoh teladan dan berpengaruh bagi peserta didik, khususnya di lingkungan sekolah. Guru yang baik akan selamanya menjadi panutan sekaligus kekaguman bagi peserta didik. Sebaliknya, guru yang tidak dapat menjaga sikap dan perilaku positif, akan menjadi citra buruk dan sanksi moral yang memungkinkan menjadi contoh buruk bagi peserta didik.

Akhirnya, guru merupakan kebutuhan yang signifikan dalam membangun dan mengembangkan karakter peserta didik. Sehebat apa pun teknologi pendidikan, tidak akan pernah menggantikan eksistensi dan peran guru karena guru memiliki sisi manusiawi yang memungkinkan terjadinya transfer energi secara kebatinan antara guru dan peserta didik melalui keteladanan dan kasih sayang. Karakter peserta didik yang baik, budi pekerti yang luhur tidak akan tertanam dalam diri peserta didik apabila hanya diajarkan melalui ceramah belaka tanpa adanya internalisasi diri dalam sikap dan perilaku guru beserta peserta didik. Implikasinya, guru seyogianya mengembangkan diri, meningkatkan kualitas diri dan profesional dalam memperbaiki perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran sebagai upaya mewujudkan peserta didik yang memiliki kecerdasan paripurna yakni berkarakter dan berbudi pekerti luhur, memiliki kecakapan dan kreativitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertindak dan berperilaku sesuai nilai dan norma sosial yang berlaku.

Untuk itu, jadilah guru sebagai pahlawan mulia yang senantiasa mencerdaskan kehidupan bangsa, melakukan aktivitas mendidik, mengajar dan membimbing secara ikhlas dan sepenuh hati sebagai panggilan jiwa mengharap ridha Allah ….Aamiinn....



Tidak ada komentar: