Menurut Undang Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab IV pasal 10 di sebutkan “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Tantangan sekolah dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) Indonesia di masa depan menuntut guru harus lebih kreatif. Seorang guru kreatif harus mampu menemukan sistem pembelajaran yang efektif. Sekaligus mampu membuat media pembelajaran sehingga memudahkan anak didiknya menguasai materi dengan baik.
Menjadi Guru adalah pilihan hidup dan pilihan utama, bukan pilihan akhir atau pilihan karena tidak adanya pekerjaan yang lainnya. Karena untuk menjadi seorang guru yang baik dibutuhkan orang-orang yang memiliki kepekaan hati terhadap anak-anak didik, seorang guru yang baik juga adalah guru yang telah mengikhlakskan kehidupannya pada dunia pendidikan. Setiap guru wajib terinspirasi dan termotivasi oleh hadist Rasulullah Muhammad SAW, bahwa setelah manusia mati terputuslah amal ibadahnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orangtuanya. Dengan menjadi guru, terbuka peluang untuk mempunyai ilmu bermanfaat yang bisa saya amalkan dan berguna bagi nusa bangsa, negara, dan agama.
Menjadi guru adalah sebuah tugas yang sangat mulia karena dari seorang guru akan terlahir generasi bangsa yang berakhlak dan berilmu, yang mampu membangun Agama dan bangsa yang bermartabat. Namun sebaliknya juga akan terjadi jika guru yang mendidik anak bangsa ini bukan guru sebenarnya, mungkin karena prosesi mengikuti pendidikan guru yang tidak benar, atau mengikuti tes sebagai guru PNS menzalimi peserta lainnya, dan alasan-alasan lainnya yang berindikasi bukan guru sebenarnya.
Dalam bukunya Kak Andi Yudha salah seorang pemerhati pendidikan dan Anak, menjelaskan bahwa “Orang sering mengira bahwa tugas seorang guru hanyalah mengeja huruf dan menghitug angka. Kelihatannya sederhana……sederhana? Namun, pada praktinya tidak sesederhana itu. Sebagai lapis kedua setelah keluarga dalam perananannya mendidik anak, guru mempunyai peranan yang sangat besar dalam tumbuh kembang seorang anak. Keberhasilan seorang anak saat dewasa apakah dia akan menjadi orang yang baik, atau jahat, pintar atau bodoh, sukses atau gagal, dipengaruhi oleh didikan guru mereka, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungannya.”
Menjadi sangat jelas bahwa guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan, maju dan tidaknya bangsa ini adalah tergantung generasi bangsa yaitu para pelajar dan mahasiswa, dan maju tidaknya pelajar dan mahasiswa ada ditangan para guru dan dosen. Sebagai salah seorang praktisi dan pemerhati pendidikan penulis merasa “Galau” istilah anak muda sekarang. Kegaulauan penulis adalah karena adanya diesorientasi guru yang ada saat ini yang awalnya memilki tujuan mulia yaitu untuk mendidik generasi bangsa, menjadi orientasi yang berarah finasial atau money oriented.
Dari beberapa sisi guru patut bersyukur tentang kebijakan pemerintah tentang berbagai program yang membuat kesejahteraan guru, sehingga kini profesi guru merupakan salah satu profesi yang diminati kalangan generasi muda. Hal ini terbukti dengan membludaknya para mahasiswa di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan baik di Universitas Negeri ataupun Swasta. Kegalauan kita ada pada dua sisi, yang pertama adanya rendahnya kreativitas guru dalam menerapkan model pembelajaran, kenapa penulis katakan menerapkan karena memang sudah banyak model pembelajaran yang disampaikan dalam pelatihan, tugas guru selanjutnya adalah bagaimana mengaplikasikannya dengan memodifikasi berdasarkan kebutuhan. Akan lebih baik adalah bukan sekedar menerapkan dan tapi para guru mampu menciptkan kreativitas baru dalam model pembelajaran.
Persoalan ini terutama yang penulis soroti adalah guru-guru yang sudah bersertifikasi dan mendapatkan tunjangan, dimana seharusnya mereka harus terus meningkatkan kualitas mengajar dengan berbagai tunjangan yang diberikan seharusnya dapat mengembangkan kompetensinya dengan berbagai cara. Kegalauan saya yang kedua adalah tentang guru lulusan keguruan baik itu negeri maupun swasata, beberapa kali penulis melakukan microteaching kepada para calon guru pada salah satu perguruan tinggi di Aceh, ada diantara mereka yang tidak mampu bahkan tidak siap untuk mengajar, baginya mengajar seolah menjadi beban batin, padahal seharusnya mengajar adalah panggilan hati.
Persoalan lain bagi lulusan ini adalah wawasan ke-ilmuan yang masih sangat kurang dimana mereka sangat rendah dalam kegiatan membaca baik buku atau majalah, sehingga mereka hanya membaca buku-buku perkuliahan disaat ada tugas dan ujian saja. Padahal membaca buku dan mengembakan wawasan adalah mutlak diperlukan para pendidik generasi bangsa ini, hal ini saya ketahui dari hasil wawancara dengan para calon guru. Persoalan membaca ini akan saya tulis dalam artikel selanjutnya.
Bagaimana menjadi Guru yang di Rindu?
Jika saat ini kita sudah menjadi guru, mari kita sejenak untuk mengevaluasi diri kita, apakah kita termasuk guru yang dirindukan kehadirannya oleh siswa atau mungkin kita guru yang tidak diharapkan kehadirannnya. Salah satu contoh guru yang dirindu adalah guru yang setiap kegiatan belajarnya diramaikan dengan aktivitas yang menyenangkan, adanya model-model baru setiap pembelajarannya, dan guru yang dirindu adalah guru yang ketidak hadirannya disesalkan oleh para siswa. Mereka seolah tidak ingin ada waktu yang terbuang dengan guru dan pelajaran tesebut sehingga mereka akan bertanya dengan atusias tentang materi yang akan disampaiakan pekan depan apa yah?, kunci utama dari guru yang dirindu oleh siswa adalah guru yang mencintai anak dan mampu beradaptasi dengan dunia mereka. Lalu bagaimana jika ternyata memang kita masih belum menjadi guru yang dirindu, ada baiknya penulis sajikan apa yang disampaiakan oleh Kak Andi Yudha dalam bukunya “Kenapa Guru Harus Kreatif” mungkin saja kita belum menjadi guru kreatif sehingga kehadiran kita tidak diharapkan. Dalam bukunya kak Andi menyapaikan guru kreatif dalam kalimat “Forchildren” yaitu Feksibel, Optimis, Respek, Cekatan, Humoris, Disiplin, Responsif, Empatik,dan Nge-Friend.berikut ini penjelasan singkatnya.
Fleksibel, dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik. Optimis,Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan keyakinan akan perubahan anak didik kearah yang lebaih baik melalui proses interaksi guru dan murid yang fun akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut. Respek, Rasa hormat yang senantiasa ditubuhkan didepan anak didik akan dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekedar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyuluruh tentang berbagai hal yang dipelajaraninya.Cekatan, anak-anal berkarakter dinamis, aktis, eksploratif, ekspresif,kreatif, dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu diimbangi kita sebagai pengajarnya, sehingga mampu bertindak sesuai kondisi yang ada.
Humoris, menjadi guru killer? Anak-anak malah takut kepada kita dan tidak mau belajar, makanya guru harus memiliki sifat yang humoris, karena pada umumnya anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan. Inspiratif, Guru harus mampu menjadi Inspirasi para siswanya oleh sebab itu guru harus terus menambah wawasannya dan mampu menghasilakan siswa-siswa yang menginspirasi pula. Lembut, di mana pun, guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosioanal, biasanya mengakibatkan buru bagi para siswanya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran dan rasa kasih sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul.
Disiplin, Siswa yang disiplin hanya akan lahir dari guru-guru yang berdisiplin, disiplin disini bukan hannya pada waktu tetapi disiplin pada berbagai hal yang kemudian hal ini akan dicontoh oleh para siswanya. Responsif, Ciri guru profesional, antara lain cepat tanggap terhadap perubahan. Empati, sikap menekankan kebersamaan dengan siswa lebih daripada sekadar hubungan yang menempatkan siswa sebagai obyek manipulatif. Empati ini sangat dibutuhkan. Empati ini akan membuat guru terbiasa melihat sesuatu dari sisi yang lain. Empati akan membuat kita bisa cepat memisahkan orang dan masalahnya; empati akan mendorong guru untuk lebih melihat bagaimana menyelesaikan masalah ketimbang bagaimana menyerang orang. Jadi empati disini adalah sikap peduli dengan para siswa terhadap permasalahan yang dialami siswa dan Nge-Friend artinya bersahabat dengan siswa, sehingga siswa akan merasa nyaman ketika bersama guru.
Beranjak dari uraian di atas, bahwa profesi guru bukan lahir karena terpaksa atau dipaksakan, namun profesi guru ini merupakan profesi mulia yang lahir dari lubuk hati yang dalam sebagai pilihan utama. Menjadi guru yang dirindu siswa pada masing-masing sekolahnya antara dapat dilakukan sebagaimana yang tulis oleh Kak Andi Yudha dalam bukunya “Kenapa Guru Harus Kreatif”. Dengan demikian sebagai guru yang dirindu siswa akan memudahkan melakukan pembelajaran dan akan melahirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaraa. Sumber:guraru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar