Senin, 27 November 2017

Calon Ibu, Sudah Tahu Persiapan Penting untuk 1.000 Hari Pertama Anak?

AUZI AMAZIA DOMASTI
Kompas.com - 26/11/2017, 19:01 WIB
KOMPAS.com - Perkembangan anak sudah dimulai sejak dalam kandungan. Karena itu, asupan gizi seimbang ibu hamil sangat perlu dipenuhi untuk pertumbuhan janin.
Pada masa kandungan, pertumbuhan kepala dan tubuh janin dapat dikatakan 50 persen kepala dan 50 persen tubuh. Berarti, ketika itu ukuran kepala dan tubuh hampir sama.
Ukuran kepala pun berubah jadi satu banding tiga dengan ukuran tubuh ketika anak lahir. Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, dr Bernie Endyarni Medise, SpA (K), mengatakan, berat otak bayi yang baru lahir rata-rata 400 gram.
Melansir dari Kompas.com, Minggu (18/12/2016), kemudian berat otak mencapai 1.100 gram pada usia dua sampai tiga tahun. Selanjutnya, berat otak saat dewasa mencapai 1.400 gram sehingga terlihat bahwa otak tak banyak berkembang pesat lagi setelah usia tiga tahun.
“Jadi pertumbuhan yang pesat di awal kehidupan adalah otak," ujar Bernie dalam diskusi kesehatan anak di Brawijaya Clinic, Jakarta Selatan, Sabtu (17/12/2016).

Karenanya, kehidupan pada 1.000 hari pertama anak merupakan masa krusial yang menentukan kualitas tumbuh kembangnya. Seribu hari pertama kehidupan ini terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada 2 tahun pertama kehidupan seorang anak.
Dampaknya akan berpengaruh terhadap kemampuan anak hingga masa dewasanya. Melalui nutrisi yang seimbang dan cukup, efeknya akan menjadi stimulus sambung menyambung sel neuron atau saraf otak.
Semakin banyak yang tersambung, koneksi di otak semakin baik. Hal itu pun akan berpengaruh pada kecerdasan anak dan mencegah pertumbuhan yang terhambat atau stunting.
Cegah stunting
Stunting merupakan keadaan pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Namun, stuntingbaru terdeteksi setelah anak berusia 2 tahun.
Pada tahun 2015, Kementerian Kesehatan melaksanakan studi Pemantauan Status Gizi (PSG) dengan sampel dari rumah tangga yang mempunyai anak balita di Indonesia.
Hasilnya, sebesar 29 persen anak balita Indonesia termasuk kategori pendek, dengan persentase tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat. Di dunia, Indonesia menduduki posisi ke-17 dari 117 negara terkait kondisi stunting, walau sudah menunjukkan penurunan dibanding tahun 2013.

Gejala stunting, melansir dari Kompas.com pada Rabu (8/2/2017), yaitu anak berbadan lebih pendek dan proporsi tubuh cenderung normal, tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya.
Kemudian, berat badan rendah dibanding anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal. Akhirnya, kemampuan mental dan belajar berkurang sehingga prestasi pun bisa memburuk. Penyebabnya adalah kurangnya asupan gizi seimbang pada 1.000 hari pertama itu.
Penanganan stunting membutuhkan kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sebab itu, supaya pemerataan #StadarStunting dan pencegahannya semakin efektif, pemerintah pun melakukan edukasi dan sosialisasi dengan memberi makanan tambahan dan suplemen, melaksanakan imunisasi, membangun infrastruktur air bersih dan infrastruktur sanitasi, serta memberi bantuan juga kepada keluarga kurang mampu.
Asupan gizi seimbang
Karena itu, sejak masa kehamilan, ibu tak boleh asal makan banyak tetapi tak memperhatikan nutrisi untuk perkembangan janin. Contohnya, perbanyak asupan protein, vitamin, dan kalsium dibanding lemak dan gula dari kue.

Tidak ada komentar: