Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar murid.
Bahan tersebut dapat berupa bahan tertulis maupun yang tidak tertulis, yang digunakan guru sebagai bahan belajar bagi murid, dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Selain itu juga berisi substansi kompetensi yang perlu dicapai murid dan alat evaluasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar murid.
Jenis – Jenis Bahan Ajar
Menurut Ellington dan Ralf (1997) mengelompokkan menjadi 6 jenis, antara lain sebagai berikut :
Pertama, bahan ajar cetak dan duplikatnya. Misalnya handout materi, modul, lembar kerja murid, bahan belajar mandiri terstruktur, dan bahan diskusi untuk kelompok.
Kedua, bahan ajar display yang tidak diproyeksikan, misalnya flipchart, poster, model, dan foto.
Ketiga, bahan ajar display diam yang diproyeksikan, misalnya berupa slide, filmstrip
Keempat, bahan ajar audio, misalnya audio disc, podcast, audiotapes, dan siaran radio.
Kelima, bahan ajar audio visual, misalnya program slide suara, video, film, siaran televisi.
Keenam, bahan ajar komputer, misalnya computer assisted instruction (CAI), dan computer based tutorial (CBT).
Ini adalah bahan-bahan ajar yang disusun secara sistematis oleh guru dan digunakan sebagai pedoman untuk memungkinkan proses belajar murid, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Sebetulnya bahan ajar ini telah disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Namun agar pembelajaran dapat lebih kontekstual, kreatif, mengasyikan, dan bermakna, guru dapat menyusun sendiri, atau mengadaptasi template tersebut, agar lebih sesuai dengan kondisi murid pada satuan pendidikan setempat.
Prinsip – Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Dalam proses penyusunan bahan ajar, atau adaptasi template, guru perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut.
Pertama, bahan ajar dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian murid, dan dengan memperhatikan kebutuhan pembelajaran murid.
Di antaranya dengan memperhatikan kekhasan individual murid yang beragam, sehingga pembelajarannya berlangsung lebih bermakna dan menyenangkan.
Dua, prinsip berikut yang harus diperhatikan adalah bahwa proses belajar tersebut harus membangun kapabilitas belajar pada murid untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Tiga, prinsip berikut yang harus diindahkan adalah bahwa proses belajar mengajar tersebut harus dapat mengembangkan karakter, kompetensi, termasuk soft skills murid secara holistik.
Empat, prinsip berikutnya adalah pembelajaran harus relevan. Oleh karena itu sesuai dengan konteks hidup, linkungan budaya, dan kebutuhan para murid.
Lima, prinsip terakhir adalah, materi ajar tersebut dapat menjadi sarana bagi murid untuk memungkinkan terjadi proses pembelajaran yang berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Setelah prinsip-prinsip tersebut diperhatikan dalam penyusunan atau melakukan adaptasi bahan ajar karena menggunakan template, dalam implementasi real curriculum atau proses belajar mengajar, guru harus benar-benar mengupayakan pemahaman bermakna.
Agar pemahaman bermakna dapat terwujud, maka ide pokok perlu dikaitkan dengan gagasan yang lebih besar, atau menghubungkan dengan hal lain agar murid memperoleh pemahaman yang lebih menetap (bertahan).
Dengan pemahaman yang lebih bermakna ini, pada akhirnya diharapkan murid terinspirasi, sehingga tergerak melakukan proses belajar lebih lanjut, hingga terbentuk karakter sebagai tujuan akhir Kurikulum Merdeka.
Selain pemahaman bermakna, agar tujuan implementasi Kurikulum Merdeka lebih tercapai, dalam proses belajar mengajar guru juga harus pandai menggunakan pertanyaan pemantik.
Pertanyaan pemantik dimaksud untuk memancing rasa ingin tahu, membuat murid terdorong untuk meneliti lebih dalam, atau memancing diskusi antar murid. Ini sangat didorong dalam Kurikulum Merdeka.
Selain pertanyaan pemantik, guru juga didorong utuk menggunakan lembar belajar, baik dalam bentuk lembar kerja murid, lembar refleksi, lembar evaluasi, grafik, dan dilanjutkan dengan, murid membuat kesimpulan dan melaporkan kesimpulannya.
Ini merupakan mekanisme conditioning untuk pembelajaran kontekstual, pembentukan sikap ilmiah, pembentukan soft skills, dan pembentukan minat belajar sepanjang hayat yang menjadi prinsip penting dari proses.
Jadi lima prinsip di atas bukan hanya merupakan prinsip-prinsip penyusunan dan adaptasi bahan ajar, namun juga merupakan prinsip penting dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang harus diperhatikan oleh guru.
Untuk meningkatkan kemampuan anda dalam menyusun bahan ajar ikuti pelatihan dari Guru Pintar Official Berikut ini :
Pelatihan Membuat Bahan Ajar Digital Pada Pembelajaran Merdeka yang akan diselenggarakan 14 – 17 November 2022 (19.30 – Selesai)
Selain pelatihan tersebut Guru Pintar Official juga menyelenggarakan serangkaian pelatihan bulan November
Anda bisa memilih paket bundling bulan november berikut ini :
- Daftar 4 Pelatihan+Bonus+1 Free Pelatihan Bersertifikat 32JP Promo Harga Bundling Rp 176.000 Rp.89.000 (5 sertifikat 32JP)
- Daftar 3 Pelatihan+Bonus+1 Free Pelatihan Bersertifikat 32JP Rp 132.000 Rp 79.000 (4 sertifikat 32JP)
- Daftar 2 Pelatihan+Bonus+1 Free Pelatihan Bersertifikat 32JP Rp 88.000 Rp 59.000 (3 Sertifikat 32JP)
- Daftar 1 Pelatihan+Bonus+1 Free Pelatihan Bersertifikat 32JP Rp 44.000 (2 Sertifikat 32JP)
Silahkan bisa pilih beberapa pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan anda kemudian langsung melakukan pendaftaran dengan cara :
Melakukan Pembayaran Biaya Pendaftaran ke Nomor Rekening :
3020518447 (BCA) a.n Sofyan Andi
Kemudian mengisi form pendaftaran berikut ini :
Link Pendaftaran : http://bit.ly/pendaftaranbundlingnovember
Konfirmasi Pendaftaran : http://wa.me/6285722258524 (Admin Rizky Guru Pintar)
Demikian artikel mengenai Jenis – Jenis Bahan Ajar dan Prinsip Penyusunannya Pada Kurikulum Merdeka. Semoga bermanfaat.
Sumber : https://naikpangkat.com/