Rabu, 25 Juli 2018
Senin, 23 Juli 2018
The Big Start Indonesia: Mimpi Imas yang Ingin Keripik Jengkol Olahannya Naik Kelas Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "The Big Start Indonesia: Mimpi Imas yang Ingin Keripik Jengkol Olahannya Naik Kelas"
BANDUNG, KOMPAS.com - Imas Mintarsih membangun usaha keripik jengkol yang ia beri merek "Oyoh De Kerupuk Jengkol" dari titik nol. Awalnya, gadis asal Sumedang, Jawa Barat ini ingin menghidupkan kembali usaha keripik milik ibunya yang sempat mati, selepas ayahnya meninggal dunia pada 2014 lalu.
Bermodalkan panen jengkol dari kebun belakang rumah, Imas dan Ibunya memulai kembali usaha yang sempat dibangun sang Ibu pada 1980-an. "Imas yang kepikiran, ngajakin Mamah, 'Mah gimana kalau jualan lagi', pas ada modal sedikit waktu itu, pokoknya bener-bener seadanya aja, ada jengkol di belakang rumah langsung diolah dijual," kata Imas kepada Kompas.com ketika ditemui Kompas.com saat acara Roadshow The Big Start Indonesia di kawasan Cihampelas, Bandung, Sabtu (21/7/2018).
Jengkol Naik Kelas Imas Mintarsih ketika mengolah jengkol menjadi produk keripi(KOMPAS.com/MUTIA FAUZIA) Mimpi Imas sederhana saja, meskipun omset yang dia hasilkan belum mencapai Rp 10 juta per bulan, dirinya ingin bisa membuat jajanan olahan dari jengkol menjadi jajanan yang bisa dinikmati semua kalangan. Sehingga, tidak hanya petani-petani di sekeliling rumahnya saja yang bisa menikmati hasil dari produksi keripik jengkol miliknya, tetapi juga petani di seluruh Sumedang. "Imas mau booming-in jengkol dulu biar naik kelas, jadi enggak hanya beli dari (petani-petani) dekat rumah, tetapi bisa se-Sumedang," ujar Imas.
Untuk memroduksi keripikik jengkol yang ia olah menjadi 3 macam rasa, yakni barbeque, original, dan pedas ini, Imas membeli jengkol dari petani-petani tetangganya. Oyoh De Kerupuk Jengkol hasil olahan Imas Mintarsih ketika dipamerkan diacara Roadshow The Big Start Indonesia Season 3 di kawasan Cihampelas, Bandung, Sabtu (21/7/2018).(Kompas.com/Mutia Fauzia) Setiap 1 kg jengkol yang dia beli dari kebun mereka, Imas hargai Rp 20.000,00. Padahal, ujar Imas, jika para petani menjual jengkol mereka ke tengkulak, harga yang ditawarkan bisa sangat jauh dari harga pasaran yang seharusnya. "Kalau tengkulak bisa Rp 10.000,00 ke bawah.
Jadi mereka juga kurang mau nanem jengkol per kebun," ujar Imas. Selama ini, jengkol memang hanya ditanam untuk memenuhi lahan perkebunan yang kosong, sehingga tetap produktif. Selain itu, jengkol juga tanaman musiman yang tidak bisa dipanen setiap waktu. Keluarga menentang Tidak sedikit halangan yang harus dilalui Imas untuk membangun usaha keripik jengkolnya menjadi usaha yang lebih profesional.
Ia pun melakukan rebranding dengan berkali-kali mengganti kemasan dari yang berupa plastik biasa, kemudian alumunium foil dengan stiker, hingga kini dengan kemasan paper bag yang lebih modern, merupakan salah satu usaha yang ia tempuh agar keripik jengkolnya menjadi 'naik kelas' seperti yang ia cita-citakan. Namun, ketika dirinya sibuk mengurus izin edar Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan setempat, kakaknya dan anggota keluarga yang lain sempat menentang. Bagi mereka izin belum begitu penting, asalkan usaha jalan terus. "Kata mereka, ngapain ngurus begituan, perusahaan tahu yang gede aja belum ada PIRT-nya baik-baik saja," ujar Imas.
Imas Mintarsih, produsen keripik jengkol Oyoh De Kerupuk Jengkol ketika ditemui Kompas.com di acara Roadshow The Big Start Indonesia di kawasan Cihampelas, Bandung, Sabtu (21/7/2018).(KOMPAS.com/MUTIA FAUZIA) Kesadaran Imas untuk mengurus izin ini patut diacungi jempol. Sebab, dengan usaha yang cenderung belum terlalu besar, dirinya sudah bisa melihat bahwa pasar yang akan dia hadapi sudah melek akan pentingnya izin edar dari pemerintah. "Sekarang kan orang sudah mulai sadar pentingnya izin-izin macam ini, jadi ya emang harus ngurus dulu," terang Imas. Kini, Imas bisa memproduksi 240 bungkus keripik jengkol setiap kali produksi. Untuk pemasaran, dirinya menitipkan di salah satu toko oleh-oleh di kawasan Dago, Bandung, serta menjual secara online.
Keripik buatan Ibunya ini dibanderol harga Rp 15.000 per bungkus. "Imas baru seneng, kemarin sore habis ada pesanan dari Biak, Papua. Keripik jengkol Imas sudah sampai Papua," seloroh Imas senang.
PenulisMutia Fauzia EditorKurniasih Budi
Harapan Guru Sukarela yang 7 Tahun Mengajar di Sekolah Reot
Tujuh tahun mengabdi di sekolah reot, guru sukarela di Mamuju, Sulawesi Barat ini berharap diangkat menjadi ASN. (KOMPAS.com/Junaedi)
MAMUJU, KOMPAS.com – Hari masih pagi, sekitar pukul 6.30 Wita, Kamis (19/7/2018), ketika Nurmayani bergegas meninggalkan rumah, suami dan anak-anaknya. Nurmayani hendak pergi ke SD Negeri Kaluku-luku, di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, tempat ia mengabdikan diri untuk mengajar selama tujuh tahun terakhir. Berbeda dengan sekolah di kota, kondisi sekolahnya tidak layak dan sangat memprihatinkan. Bangunan yang berdinding anyaman bambu dan beratap rumbia ini telah reot. Saat hujan turun atau angin kencang, air masuk ke dalam ruang kelas.
Karena khawatir sekolah roboh, Nurmayani dan guru-guru di sekolah ini kerap memulangkan siswanya ketika cuaca tidak bersahabat. Nurmayani menceritakan, sekolah tersebut merupakan sekolah darurat yang dibangun beberapa tahun lalu. Kini rangka kayu dan bambu yang digunakan untuk menopang dinding dan atap sekolah mulai lapuk dan rawan roboh. "Saya biasanya tiba di sekolah sebelum jam pelajaran dimulai," ujar Nurmayani. Di sekolah ini, status Nurmayani adalah guru sukarela bersama dua rekan lainnya. Sebenarnya, sekolah ini memiliki 4 orang guru, satu di antaranya berstatus PNS yang merupakan kepala sekolah. "Di sekoilah kami ada empat guru, satu PNS yang juga kepala sekolah. Tapi beliau sudah sakit-sakitan,” jelas Nurmayani.
Akhirnya, sekolah tersebut dikendalikan tiga guru sukarela. Dengan berbagai keterbatasan gedung dan fasilitas, ketiganya mengajar dengan semangat untuk mencerdaskan para siswa. Walaupun selama bertahun-tahun, para guru sukarela ini hanya diberi upah Rp 200.000 setiap bulannya. Honor itu pun kadang tak menentu. Meski demikian, ia tak ingin berputus asa. Ia masih menyimpan harap dalam dirinya, suatu hari, pemerintah memperhatikan kondisi sekolahnya dan mengangkat ketiga guru sukarela menjadi PNS.
Sumber : https://regional.kompas.com/read/2018/07/23/09065331/harapan-guru-sukarela-yang-7-tahun-mengajar-di-sekolah-reot
Jumat, 20 Juli 2018
Menristek: Mahasiswa Harus Kuasai Literasi Baru, Apa Saja?
Menristekdikti saat menjadi pembicara dalam Diskusi Pendidikan dan Pengajaran Atma Jaya (17/7/2018)(Dok. Kemenristekdikti)
KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan perguruan tinggi semakin dituntut mempersiapkan mahasiswanya menghadapi pekerjaan yang belum ada (future jobs). Hal ini disampaikan Menristekdikti saat menjadi Keynote Speaker pada Diskusi Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Selasa (17/07/2018). 1. Pembelajar sepanjang hayat Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 perguruan tinggi dituntut kesanggupannya dalam memproduksi generasi berkualitas dan inovatif serta selalu belajar menguasai kompetensi terbaru. Menristekdikti menambahkan implementasi dari ‘lifelong learning’ dalam dunia pendidikan tinggi dapat mendorong pendidikan tetap relevan sesuai perkembangan zaman. 2. Menguasai literasi baru “Para mahasiswa dan lulusan harus mulai menguasai literasi baru di era ini, yakni literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia," ujar Nasir. Literasi baru di era Revolusi Industri 4.0 ini mendorong implementasi untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner), agar mampu beradaptasi dan berkembang dengan baik dalam menghadapi tantangan global di era Revolusi Industri 4.0 dan era selanjutnya. Baca juga: Sinergi Mewujudkan Mimpi Pendidikan Melek Teknologi Menteri Nasir menambahkan untuk mengaplikasikan kemampuan akademik di dunia kerja diperlukan soft skills terutama kemampuan system thinking, kolaborasi dalam tim lintas profesi, serta leadership dan followership yang proporsional. “Secara khusus, saya mengharapkan Unika bisa melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi, dan tidak hanya berorientasi pada gelar saja, serta menghasilkan entrepreneur-entrepreneur muda agar meningkatkan mutu pendidikan tinggi dan daya saing bangsa," tutur Menteri Nasir. 3. Kemajuan teknologi sebagai basis Pada kesempatan yang sama, Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan Unika Atmajaya memiliki komitmen meningkatkan kekuatan pada level regional dan internasional. “Kami akan fokus terhadap kemajuan teknologi sebagai basis untuk mendidik para mahasiswa agar memiliki semangat dan karakter yang khas,” ujar Agustinus. Acara ini dihadiri juga oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Masduki Baidlowi, serta Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Rina Indiastuti.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menristek: Mahasiswa Harus Kuasai Literasi Baru, Apa Saja?", https://edukasi.kompas.com/read/2018/07/17/22471971/menristek-mahasiswa-harus-kuasai-literasi-baru-apa-saja.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo
33 Lulusan IPDN, Siap Mengabdi di Bengkulu
BENGKULU- Pemerintah Provinsi Bengkulu menerima 33 lulusan purnapraja Institut Pemerintahan Dalam Negri (IPDN) Angkatan XXVI 2018 dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu Nopian Andusti menyambut baik hadirnya para lulusan IPDN tersebut di daerah, menurutnya kehadirannya dapat membantu program pembangunan daerah yang sedang bergerak maju.
"Kita menyambut dengan terbuka, putra-putri terbaik ini diharapkan dapat membantu pelaksanaan pembangunan di daerah," ujar Nopian di Gedung Serba Guna, Kamis(19/7)
Nopian menambahkan, kehadiran para lulusan IPDN ke daerah merupakan wujud bhineka tunggal ika, semua putra-putri indonesia berhak untuk memajukan daerah.
"Inilah bukti kalau Indonesia itu satu, berbeda-beda daerah bukan halangan untuk mengabdi," tuturnya
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Kepamongprajaan dan Manajemen Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Erliani Budi Lestari memyampaikan penyerahan PNS IPDN itu sebagai bagian program membangun Indonesia dari pinggiran yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk memperkuat daerah, desa, dan perbatasan.
"Pemerintah daerah dapat mendayagunakan PNS IPDN dengan baik. Sehingga berkontribusi bagi pembangunan daerah," jelasnya dalam membacakan sambutan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo
Menurut Erliani, Lulusan IPDN sebagai pelopor revolusi mental dalam membangun daerah, sikap yang ditanamkan semasa pendidikan harus dipertahankan.
"Pesan saya, terus teguhkan sikap menjunjung tinggi integritas, loyalitas dan disiplin dalam mengemban tugas," tutupnya
Para purnapraja IPDN akan bertugas di lingkungan Pemprov Bengkulu, sebanyak 33 Lulusan IPDN akan ditempatkan pada Instansi Pemerintah di 10 Kab/kota Provinsi Bengkulu. (Dimas-Media Center, Humas Pemprov Bengkulu)
Sumber :Puspen KemendagriPresiden Jokowi Lantik 724 Perwira TNI dan Polri
Jakarta - Presiden Joko Widodo melantik para perwira remaja TNI dan Polri di halaman Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis pagi, 19 Juli 2018. Sebanyak 724 perwira yang dilantik terdiri atas 225 dari Akademi Militer (Akmil), 102 dari Akademi Angkatan Laut (AAL), 119 dari Akademi Angkatan Udara (AAU), dan 278 dari Akademi Kepolisian (Akpol).
Presiden yang bertindak sebagai inspektur upacara memberikan ucapan selamat kepada seluruh perwira yang baru saja ia lantik. Dirinya memahami bahwa perjuangan para taruna sebelum dapat dilantik hari ini teramat berat.
"Atas nama pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara saya menyampaikan selamat atas pelantikan saudara-saudara para kesatria muda sebagai perwira remaja TNI dan Polri," ujarnya.
Kepala Negara mengatakan, pelantikan para perwira ini bukanlah tujuan akhir yang telah dicapai oleh mereka. Hari ini justru menjadi sebuah permulaan bagi perjalanan dan pengabdian mereka untuk negara.
"Menjadi perwira TNI dan Polri adalah membuka ladang pengabdian yang membanggakan. Pengabdian untuk ideologi negara kita, Pancasila. Untuk NKRI, konstitusi, Bhinneka Tunggal Ika, serta untuk Indonesia maju yang semakin jaya," tuturnya.
Di penghujung amanat, Presiden Joko Widodo mengingatkan kepada para perwira untuk selalu berterima kasih atas anugerah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa, atas pengorbanan orang tua, dan atas dedikasi yang diberikan oleh para pendidik selama masa pendidikan.
Di penghujung amanat, Presiden Joko Widodo mengingatkan kepada para perwira untuk selalu berterima kasih atas anugerah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa, atas pengorbanan orang tua, dan atas dedikasi yang diberikan oleh para pendidik selama masa pendidikan.
"Selamat bertugas para patriot muda Indonesia. Jagalah kehormatan dirimu sebagai perwira TNI-Polri. Buatlah orang tuamu bangga, buatlah Indonesia berjaya, Indonesia menunggu darma baktimu," tandasnya.
Di akhir acara pelantikan, Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla serta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Praktikno, dan para Kepala Staf Angkatan berfoto bersama dengan para Perwira Remaja yang baru dilantik.
Untuk diketahui, dalam upacara ini, Presiden juga memberikan apresiasi dan menyematkan tanda pangkat perwira kepada empat orang penerima Adhi Makayasa yang merupakan penghargaan bagi para lulusan terbaik dari setiap matra TNI dan Kepolisian.
Keempatnya ialah Rovi Ardya Prawira (Akmil), Faishal Djauheri (AAL), Summa Laras Fatsagunar (AAU), dan Dolly Septian (Akpol). Mereka ditemui oleh Presiden Joko Widodo selepas upacara.
Sumber : http://www.kemendagri.go.id/news/2018/07/19/presiden-jokowi-lantik-724-perwira-tni-dan-polri
Sumber :Biro Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden
Langganan:
Postingan (Atom)