Kamis, 02 Maret 2023

Implementasi Kurikulum Merdeka, Bergotong-royong Menciptakan Pembelajaran Berkualitas

Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) merupakan salah satu program prioritas lintas unit utama di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang melibatkan Badan Standar Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP);  Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen);  Direktorat Jenderal Guru, dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK); serta Direktorat Jenderal (Ditjen) Vokasi.


Pelaksana tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Plt. Dirjen PMPK), Ditjen PAUD Dikdasmen, Aswin Wihdiyanto mengatakan bahwa, selain mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, ada proses pembelajaran untuk semua. Bukan hanya mengajarkan peserta didik, tetapi bagaimana tenaga pendidik, belajar bersama untuk menjalankan kurikulum yang lebih baik dan pada akhirnya tercipta ekosistem pembelajaran yang luar biasa.

“Ini adalah proses yang menurut saya tidak terbayarkan, tidak hanya pendidik yang hebat tetapi guru-guru dan kepala sekolahnya turut menjadi hebat juga (dalam gotong royong pembelajaran),” ucap Aswin dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) dengan tema “Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka” pada Kamis (23/2), yang disiarkan melalui YouTube Kemendikbud RI.

Lebih lanjut, Aswin menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengatasi krisis belajar dengan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi semua peserta didik. “Intinya adalah bagaimana kita membentuk pelajar yang kompeten dan berkarakter melalui suatu transformasi pembelajaran,” ungkapnya.

Perlu diketahui, pendaftaran implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri sudah dibuka mulai 6 Februari hingga 31 Maret 2023. “Ada dua kelompok besar (yang mendaftar), yang pertama adalah mereka yang belum pernah mendaftar atau baru pertama kali akan mendaftar. Ada juga satuan pendidikan yang sebenarnya sudah mendaftar di tahun 2022, sudah melaksanakan dan ingin mengubah pilihannya,” terang Aswin.

Saat ini ada tiga opsi implementasi Kurikulum Merdeka yang tersedia bagi satuan pendidikan yang akan mendaftar. Pertama, Mandiri  Belajar, di mana satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum 2013 dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya serta menerapkan beberapa prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen.

Kedua, Mandiri Berubah, di mana satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya serta menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran dan asesmen.

Ketiga, Mandiri Berbagi, di mana satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya serta menerapkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran dan asesmen, dengan komitmen untuk membagikan praktik-praktik baiknya kepada satuan pendidikan lainnya.

Hadir pada kesempatan ini, Kepala SMAN 1 Jawilan, Serang, Banten, Satiri, menceritakan proses sekolahnya mendaftar menjadi peserta Kurikulum Merdeka. Sebelumnya, ia memilih Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah, namun seiring berjalannya waktu, Kemendikbudristek memberi kesempatan bagi sekolah untuk mengubah kurikulum yang digunakan.

“Berkat kesempatan untuk melakukan perubahan, akhirnya kami memilih Mandiri Berbagi, yaitu supaya guru lebih banyak belajar, jangan hanya menerima perangkat pembelajaran kurikulum dari orang lain tetapi harus mampu mengembangkan dan membuat sendiri perangkat kurikulum,” jelasnya.

Menurutnya, alasan terbesar mengapa ia memilih untuk menjalankan Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi dikarenakan Kurikulum Merdeka memiliki dampak yang sangat positif, terutama kepada peserta didik maupun pendidik dan tenaga kependidikan. “Terlihat sekali perbedaannya, tingkat penalarannya lebih tinggi, kreativitasnya lebih tinggi. Kemudian, bagi guru-guru akan lebih terpacu untuk selalu ingin belajar melihat perkembangan-perkembangan Kurikulum Merdeka,” jelas Satiri optimistis.

Tak ketinggalan, Guru SMP Islam Athirah Bone, Sulawesi Selatan, Muhammad Nurholis, juga menyampaikan pendapat positif tentang Kurikulum Merdeka dan alasan ia memilih Kurikulum Merdeka Mandiri Berubah.  

“Kami berprinsip bahwa cepat atau lambat, kurikulum baru akan menjadi kurikulum Nasional. Oleh sebab itu, kami memilih Mandiri Berubah, dengan harapan bahwa semua bentuk-bentuk, prinsip-prinsip penerapan bisa langsung dipelajari dan sejauh ini berjalan dengan baik dengan strategi dan dukungan serta persiapan SDM dan sarana di sekolah. Sampai sejauh ini semuanya berjalan dengan positif,” katanya. SMP Islam Athirah Bone merupakan sekolah berasrama di Sulawesi Selatan yang sudah lama menerapkan Kurikulum 13.

Senada dengan itu, Yul Pendri, Guru SDN 26 Kota Jambi, mengungkapkan bahwa pembelajaran Kurikulum Merdeka telah memberikan dampak positif bagi ekosistem di sekolah termasuk didalamnya peserta didik, guru, masyarakat, dan mitra-mitra terkait.

Selain itu, proses pembelajaran menjadi lebih bervariatif, berbasis kearifan lokal, dan lebih terintegrasi dengan IT. “Mengacu kepada pembelajaran Kurikulum Merdeka, (pembelajaran) kami berdiferensiasi mulai dari rangkaian proses hingga tercipta produk pembelajaran. Sehingga guru-guru lebih leluasa (berkreasi) untuk memilih konten (menarik) yang akan diajarkan kepada siswa,” ucap guru yang akrab disapa Pendri.

Implementasi Kurikulum Merdeka pada jenjang PAUD juga berlangsung tak kalah seru. Agnes Rini Astuti selaku Kepala PAUD Cemara Kasih, Jembrana, Bali, mengatakan bahwa pembelajaran di PAUD lebih kepada observasi, seperti falsafah Ki Hajar Dewantara bahwa fitrahnya anak-anak PAUD itu adalah belajar melalui bermain.

“Kami guru-guru juga belajar memahami murid mengembalikan fitrahnya belajar melalui bermain, dan kami turut senang karena dengan IKM ini kami diberikan ruang untuk bereksplorasi sesuai dengan kebutuhan peserta didik,” pungkas Agnes. (Rayhan Parady/Editor: Denty A.)




Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/

Tidak ada komentar: