Kamis, 06 Oktober 2022

Mendikbudristek: Transformasi Teknologi Berdampak Riil Pada Sektor Pendidikan

 


Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan apresiasi kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) atas kerja keras dan gotong royong dalam menghadirkan berbagai terobosan dalam beberapa tahun terakhir. Melalui transformasi teknologi yang dilakukan oleh Kemendikbudristek dalam waktu singkat, ternyata cukup banyak dampak riil yang bisa dirasakan secara langsung oleh para warga pendidikan.

Dijelaskan Mendikbudristek, lebih dari 1,6 juta guru telah menggunakan Platform Merdeka Mengajar yang membuka akses pada pengembangan diri secara lebih mandiri dan sesuai kondisi. Kemudian, terbentuknya lebih dari 3.500 komunitas belajar para guru, terkumpulnya lebih dari 55 ribu konten belajar mandiri.

"Ada lebih dari 92 ribu konten pembelajaran telah diunggah oleh guru untuk menginspirasi sejawatnya. Jadi, para guru dibantu untuk bisa saling menginspirasi dan mengapresiasi," disampaikan Mendikbudristek dalam rapat kerja dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di Jakarta, Senin (26/9/2022).

Selain itu, lebih dari 141 ribu sekolah telah terbantu dalam mengetahui kondisi literasi, numerasi, karakter siswa, serta kualitas pembelajaran mereka melalui Rapor Pendidikan. "Para guru dan kepala sekolah jadi lebih memahami 280 indikator dari Asesmen Nasional dan membantu mereka untuk melakukan refleksi dan perbaikan dengan Rapor Pendidikan," kata Mendikbudristek.

Tidak hanya itu, tranformasi teknologi telah membantu terfasilitasinya pengembangan diri lebih dari 724 ribu mahasiswa melalui program Kampus Merdeka, bergabungnya lebih dari 2.700 mitra industri ke dalam Kampus Merdeka, bergabungnya lebih dari 43 ribu praktisi ke dalam program Praktisi Mengajar.

"Serta, lebih dari 51 triliun rupiah potensi anggaran fungsi pendidikan tahun anggaran 2022 dikelola secara lebih transparan dan akuntabel dengan dukungan platform seperti ARKAS, SIPLah, dan TanyaBOS," terang Nadiem.

Transformasi teknologi di sektor pendidikan ini, dikatakan Nadiem, merupakan upaya Pemerintah dalam mengatasi krisis pembelajaran yang terjadi dan diperparah oleh pandemi. "Krisis pembelajaran hanya dapat diatasi melalui dukungan teknologi dalam sistem pendidikan, mengingat skala dan urgensinya. Namun, kementerian juga perlu mengubah cara kerja terkait teknologi," jelasnya.

Jika semula, teknologi dirancang setelah program selesai dirancang, maka Kemendikbudristek bersama tim teknologi mulai bersama dalam proses merancang program dan teknologi pendukungnya. "Proses rancangan produk teknologi yang mengedepankan kebutuhan pengguna, berkualitas tinggi, dan mudah digunakan," jelas Mendikbudristek.

Menutup paparannya, Mendikbduristek mengatakan bahwa transformasi teknologi yang dilakukan pemerintah perlu berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran luring (offline) dalam lingkungan satuan pendidikan dan membantu pendidik dan kepala sekolah. "Untuk itu, pendekatan berbasis pengguna yang dirancang bersama sejak awal dan didukung tim teknologi yang profesional sangat diperlukan untuk mengembangkan berbagai platform teknologi gratis untuk masyarakat," ujarnya.

Perubahan Budaya Internal

Transformasi teknologi di sektor pendidikan yang didorong Kemendikbudristek sejalan dengan perubahan budaya kerja ASN Kemendikbudristek dalam menghadirkan inovasi.

“Saya mengapresiasi seluruh ASN Kemendikbudristek yang telah bekerja pagi, siang, malam, dengan segala keberanian dan usaha yang besar sehingga telah meluncurkan perubahan budaya yang luar biasa di dalam Kemendikbudristek,” ungkap Mendikbudristek.

Nadiem menceritakan bahwa transformasi teknologi di sektor pendidikan yang dipaparkannya dalam acara Transforming Education Summit di Perserikatan Bangsa Bangsa, di New York, Amerika Serikat, diapresiasi oleh publik internasional. "Kita tidak hanya mendengarkan saja praktik baik, tetapi juga bisa berbagi praktik baik dan memberikan contoh kepada negara-negara lain," ungkapnya.

Inovasi yang dipicu melalui transformasi teknologi yang dihadirkan Kemendikbudristek merupakan kolaborasi antara ASN Kemendikbudristek bersama tim GovTech Edu, bagian dari anak perusahaan Telkom. Kementerian melakukan pengadaan jasa sesuai peraturan yang berlaku dan tim GovTech Edu menjadi mitra dalam mengimplementasikan kebijakan kementerian melalui platform teknologi. Pola kemitraan gaya baru ASN Kemendikbudristek dengan GovTech Edu, menjadi poin penting yang mendapatkan apresiasi oleh peserta Transforming Education Summit.

Transformasi teknologi yang dihadirkan bukan saja melalui beragam platform teknologi yang memahami kebutuhan pengguna. Namun, pola kerja Kemendikbudristek dalam berkolaborasi dengan para profesional muda di bidang teknologi untuk menghadirkan beragam platform teknologi gratis untuk masyarakat.

“Cara ASN kami yang hebat adalah tidak menganggap mereka vendor, tetapi sebuah tim yang selalu siap bekerja sama dalam mendorong dan mengimplementasikan kebijakan melalui platform teknologi. Dan itulah yang sebenarnya dipuji, bukan karena kami mengeluarkan produk platform teknologi, tetapi cara kami bekerja bersama,” jelas Mendikbudristek.

Tim GovTech Edu yang bekerja bersama tim teknis di Kemendikbudristek terdiri dari para profesional dengan latar belakang perusahaan teknologi, jelas Nadiem.

Lebih lanjut, Mendikbudristek menegaskan bahwa segala keputusan pengambilan kebijakan tetap berada di bawah para pejabat terkait di Kemendikbudristek. "Seluruh lini Kemendikbudristek dapat bekerja sama dan bergotong royong dalam bekerja. Itulah yang ingin dipelajari negara-negara lain, bagaimana kita bisa menciptakan suatu kapasitas yang baru,” ucap Nadiem.

Dalam kesempatan yang sama, Mendikbudristek memberikan penjelasan terkait istilah "shadow organization" yang disebut dalam paparannya pada acara Transforming Education Summit. Organisasi yang dimaksud adalah tim teknologi yang bekerja secara intensif sebagai mitra dengan tim internal Kemendikbudristek.

"Artinya setiap Direktur Jenderal yang menyediakan layanan, dapat menggunakan suatu tim teknologi yang terdedikasi untuk bekerja sama dengan tim internal guna merealisasikan dan mengimplementasikan kebijakannya melalui platform teknologi," kata Nadiem.

Semoga bermanfaat sahabat gtkpaudkotabkl.




Tidak ada komentar: