Jumat, 02 Desember 2022

Anugerah Kihajar 2022: Semangat Berinovasi dan Berkolaborasi, Wujudkan Merdeka Belajar

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pusdatin) kembali menggelar Anugerah Kihajar (Kita Harus Belajar) secara hibrida. Kegiatan yang sudah rutin diselenggarakan sejak 2006 ini diharapkan dapat mendorong semangat berinovasi dan berkolaborasi dalam mendayagunakan teknologi untuk pembelajaran.


Disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, saat ini transformasi teknologi digital telah dilakukan dengan mengedepankan platform pendidikan yang mengutamakan kebutuhan pemangku kependidikan, guru, kepala sekolah, dan kepala dinas.

“Kita telah bersama-sama membuktikan bahwa teknologi digital bisa menunjang proses implementasi berbagai terobosan Merdeka Belajar secara lebih cepat dan efisien,” ujar Mendikbudristek dalam sambutannya secara virtual pada acara Anugerah Kihajar 2022 yang diselenggarakan di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu (30/11).

Mendikbudristek mengatakan, salah satu faktor yang mendorong pengembangan transformasi digital adalah semangat para guru, pelajar, dan para pemerintah daerah (Pemda) untuk mengikuti berbagai pelatihan teknologi yang diadakan Kemendikbudristek seperti program Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (PembaTIK), Kihajar STEM (Science, Technology, Engineering, Math), serta materi-materi pembelajaran yang dibagikan melalui platform belajar.id.

Untuk itu, lanjut Mendikbudristek, sebagai apresiasi semangat dalam mengakselerasi transformasi sistem pendidikan dengan Gerakan Merdeka Belajar, Kemendikbudrsitek menggelar Anugerah Kihajar 2022. Melalui Anugerah Kihajar 2022, Menteri Nadiem berharap agar dapat mendorong semangat belajar para peserta didik serta guru sebagai pembelajar sepanjang hayat dan penggerak perubahan.

“Selamat kepada seluruh pihak yang telah ikut serta dalam kegiatan Anugerah Kihajar 2022. Marilah kita terus serentak berinovasi bergotong royong mewujudkan Merdeka Belajar,” pesan Mendikbudristek.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusdatin Kemendikbudristek, Muhammad Hasan Chabibie mengungkapkan bahwa dalam masa pandemi dua tahun terakhir, guru dan dosen telah menggunakan teknologi sebagai media dalam pembelajaran jarak jauh. Transformasi tersebut dapat dilaksanakan karena adanya kolaborasi dan gotong royong semua pihak.

“Oleh karena itu, Pusdatin secara konsisten memaksimalkan semua potensi teknologi informasi dan komunikasi yang ada supaya nyala api belajar para peserta didik dan pendidik kita tetap terjaga, dan salah satu ikhtiar kami adalah aktivitas PembaTIK, Kihajar STEM, maupun belajar.id yang secara masif serentak telah kita laksanakan di seluruh Indonesia,” ujar Hasan.

Lebih lanjut disampaikan Hasan, terdapat beberapa perbedaan penyebutan bagi guru terpilih melalui PembaTIK. Jika semula disebut sebagai “Duta Rumah Belajar”, kini bertransformasi menjadi “Duta Teknologi”. Hal ini karena meluasnya peran pendidik dalam menjawab kebutuhan pembelajaran berbasis murid, khususnya selama dua tahun terakhir, para pendidik menggunakan berbagai platform teknologi untuk proses belajar mengajar.

“Kami dari Pusdatin mencoba menghadirkan Profil Pelajar Pancasila yang kemudian dikreasi dalam sebuah aktivitas Kihajar tahun 2022. Dengan pendekatan STEM mereka dilatih menjadi seorang pemecah masalah,” imbuh Hasan.

Sedangkan dengan akun belajar.id, lanjut Hasan, Kemendikbudristek mampu membantu proses belajar mengajar secara daring seperti berbagi konten pembelajaran hingga menghasilkan konten-konten digital yang bisa digunakan sebagai sarana proses pembelajaran.

“Upaya-upaya pengembangan teknologi informasi tersebut adalah untuk memaksimalkan semua potensi teknologi informasi di dalam dunia pendidikan kita,” tutur Hasan.

Menutup sambutannya, Kepala Pusdatin mengucapkan terima kasih atas kolaborasi semua pihak yang terlibat. “Kami, Pusdatin mengucapkan terima kasih atas kolaborasi atas semua pihak. Terutama bagi guru-guru di Indonesia yang bisa optimal memanfaatkan teknologi informasi.” Ucap Hasan.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh peserta baik yang mendapatkan penghargaan maupun yang belum berkesempatan menjadi pemenang. Dikatakan Nunuk, apa yang dihasilkan adalah berkat bimbingan para guru-guru hebat yang telah mendampingi peserta didik menghasilkan produk original dengan pemanfaatan teknologi. Selain itu, tentu dengan dukungan para Kepala Daerah yang telah peduli dengan penggunaan teknologi di dalam pendidikan.

Disampaikan Nunuk, teknologi adalah bagian yang tak terpisahkan dari semua kebijakan yang dikeluarkan. Seperti saat ini, Kemendikbudristek sedang mengakselerasi peran guru penggerak. Sebagian besar Duta Teknologi adalah juga guru penggerak dan berasal dari sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka, “Saya yakin sekali bahwa kebijakan yang sudah kita jalankan ternyata menghasilkan praktik-praktik baik yang tadi sudah kita lihat hasilnya,” ucap Nunuk.

“Semoga apresiasi ini dapat menjadi teladan bagi daerah lain untuk lebih peduli terhadap pendidikan dan menggalakkan peran teknologi di dalamnya. Bagi yang belum beruntung, masih ada kesempatan berikutnya, teruslah berkarya dan berinovasi,” pesan Nunuk.

Praktik Baik Para Pemenang

Berbagai praktik baik disampaikan dari tiga peserta program PembaTIK, Kihajar STEM, dan Daerah Jawara Belajar.id. Praktik baik pertama disampaikan oleh satu satu Duta Teknologi Provinsi Jawa Barat yang berasal dari SMAN 24 Bandung, yaitu Rolla Fardila. Dikatakan Rolla, ada empat level yang sudah dilalui sejak Juni lalu. “Keempat level tersebut yaitu literasi, implementasi, kreasi, serta berbagi dan berkolaborasi,” katanya.

Pada tahap berbagi dan berkolaborasi, Rolla berbagi praktik baik ke masyarakat umum melalui lokakarya bagi guru-guru untuk menyosialisasikan platform yang dibuat Kementerian. Ia juga menjelaskan bahwa awalnya para siswa merasa sulit menggunakan aplikasi belajar.id, namun berkat bimbingan para guru akhirnya mereka merasa senang. “Kami sering mengingatkan bahwa melalui platform itu, mereka seperti memiliki diska lepas (flashdisk) gratis untuk mendokumentasikan hasil karya yang mereka buat. Mereka juga dapat berkolaborasi dengan teman-temannya dalam menyelesaikan tugasnya secara utuh,” jelas Rolla.

Selanjutnya, Rolla mengajak para peserta didik untuk tetap menggunakan platform belajar.id. “Mari kita gunakan, ini (platform belajar.id) merupakan platform secara gratis dan memiliki banyak manfaat dalam belajar mengajar,” ucap Rolla.

Praktik baik berbeda dilakukan oleh ketiga peserta didik asal Bandung, Jawa Barat yaitu Riane Athalia Talita, Yonada Sofia Danissa, dan Yosandro Reno Syahputra. Mereka merupakan gen Kihajar dari tim Kihajar STEM SMPN 14 Kota Bandung. Menurutnya, dengan membuat projek, mereka menerapkan 4C (CollaboratifCommunicatifCreatifand Communication).

“Rumah Hemat Energi” menjadi projek yang mereka buat dengan menggunakan solar sel dan lampu LED untuk menghemat energi. Melalui projeknya, mereka berharap kelak masyarakat yang kurang mampu bisa memiliki rumah layak huni seperti desain rumah yang dirancang. “Ayo, ikuti berbagai kompetisi. Jangan takut mencoba, bisa saja nanti kalian ketagihan untuk melangkah lebih jauh dengan projek yang dibuat," ujar Rianie.

Lain halnya dengan Deni Ranoptri yang merupakan Duta Rumah Belajar (kini – Duta Teknologi) 2017 dan Kapten Daerah Jawara belajar.id asal Kalimantan Selatan. Ia mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi memang tak bisa ditawar lagi saat ini, tak terkecuali di bidang pendidikan. Menurutnya, akun belajar yang hadir melalui kebijakan Kemendikbudristek sangat membantunya. “Seakan menjadi jawaban untuk membantu pendidikan bagi setiap daerah di Indonesia. Sungguh sangat membantu kami sebagai pendidik khususnya,” ucap Deni.

Program Daerah Jawara Belajar.id menjadi stimulus yang sangat baik, tidak hanya aktivasi tapi juga pemanfaatan secara optimal. Berbagi, bersosialisasi serta semangat berkolaborasi lahir dalam memajukan pendidikan.  Berkat pemanfaatan platform belajar.id, berbagai inovasi dilakukan, salah satunya dalam pengelolaan  pengelolaan administrasi guru dan sekolah. “Beragam hal bisa dilakukan dengan  belajar id. Tidak hanya wilayah perkotaan tapi juga dapat menjawab tantangan daerah kami di wilayah 3T(Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Mari berani mencoba, bergerak, dan berubah sesuai kebutuhan siswa,” imbuh Deni.

Anugerah Kihajar 2022 dihadiri oleh sejumlah guru dan siswa yang terpilih melalui berbagai kompetisi dalam rangkaian PembaTIK, Kihajar, dan Daerah Jawara Belajar.id. Selain itu, turut hadir sejumlah narasumber, pengisi acara, dan tamu undangan yang terdiri dari para pejabat Kemendikbudristek, pemerintah daerah, Kepala Balai Tekkom se Indonesia, dan pemangku kepentingan. Masyarakat umum dapat menyaksikan secara langsung melalui Kanal Youtube Kemendikbud RI, Rumah Belajar, dan TV Edukasi.

Data pemenang dapat diperoleh pada dokumen yang terlampir.






Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 757/sipers/A6/XI/2022

Kamis, 01 Desember 2022

Pembelajaran Berbasis Hypermedia untuk Anak Generasi Z



Generasi Z atau sering disebut juga Generasi internet atau Digital Natives adalah sebutan untuk anak – anak generasi sekarang ini. Anak-anak pada generasi z merupakan anak – anak yang lahir pada tahun 1995 – 2009, dan anak – anak yang pada tahun 2016 sedang ada pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA adalah anak – anak yang masuk pada golonganini. Anak – anak generasi Z menurut MCCRINDLE merupakan generasi global, sosial, visual, dan teknologi .

Anak – anak pada generasi ini lahir pada jaman teknologi yang sudah semakin canggih sehingga gaya belajar dari anak – anak ini pun berbeda.

Video pembelajaran merupakan salah satu media pembelajaran audio-visual yang sudah mulai digunakan untuk membantu proses belajar pada pendidikan formal dan non-formal. Nugent dalam Smaldino,dkk (2008) mengatakan banyak guru dalam pendidikan forrmal maupun non formal telah menggunakan video untuk memperkenalkan sebuah topik, untuk menyajikan konten, untuk memberikan perbaikan, dan untuk membantu dalam pengayaan.

Menurut Greenberg dan Zanetis (2012) mengatakan bahwa menurut survei yang dilakukan oleh Corporation for Public Broadcasting  tentang penggunaan video dan televisi di North American schools 92 % dari guru yang diwawancarai menganggap bahwa televise dan video membantu mereka untuk pembelajaran yang lebih efektif, dan 88 % menjawab bahwa teknologi memungkinkan mereka lebih kreatif. Selain itu 80 % siswa ketikadiamati bahwa hasil belajar mereka sangat positif akibat dari penggunaan teknologi video di dalam kelas.

Apa saja langkah-langkah pemanfaatan video ?

Langkah-langkah pemanfaatan video yaitu:

  1. Progam video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  2. Guru harus mengenal progam video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnyauntuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.
  3. Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi, yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini siswa melatih diri untuk mencari pemecahanmasalah, membuat dan menjawab pertanyaan.
  4. Adakalanya progam video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. Agar siswa tidak memandang progam video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu.
  5. Sesudah itu dapat dites berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.

video pembelajaran generasi Z yang merupakan salah satu media pembelajaran sangat efektif dalam pembelajaran, jika digunakan juga sesuai dengan kebutuhan para pebelajar.

Gaya belajar anak – anak generasi Z yaitu menyukai format audio visual, bergantung pada teknologi, mudah memahami contoh yang lebih akurat, konkret, faktadan bermanfaat, aktif belajar sendiri (mencari tahu). Melihat gaya belajar anak generasiZ seperti ini maka mengajar dengan menggunakan metode ceramah akan terasa sulit bagi para pendidik, dan para pendidik yang pada tahun sekarang ini masih banyak di dominasi oleh Generasi Y yang dibandingkan dengan Generasi Z tentu saja masih tertinggal jauh untuk urusan teknologi, tetapi hal ini tidak akan menjadi penghalang untuk dapat mengajar anak Generasi Z. dengan bermodalkan rasa ingin tahu dan semangat belajar, dan sedikit inovasi dalam pembelajaran maka Generasi X dapat bisa menjadi pendidik yang baik.

Sumber: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran & Psikologi Pendidikan PPS UM 2016