Rabu, 30 Januari 2019
Ada 8 dari 10 Anak Usia Sekolah Indonesia Kekurangan DHA dan Omega 3
Sebuah penelitian yang dihimpun dalam British Journal of Nutrition memaparkan bahwa konsumsi asam lemak esensial (Esential Fatty Acids) anak Indonesia usia 4 sampai 12 tahun masih kurang dari standar World Health Organization (WHO).
Seorang peneliti sekaligus dosen teknologi pangan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Ahmad Sulaeman yang juga terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, 8 dari 10 anak Indonesia kekurangan asam lemak esensial.
Asam lemak esensial seperti Omega 3 dan Omega 6 memang menjadi nutrisi yang krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak. Selain itu, nutrsi tersebut bermanfaat dalam formasi membran sel otak dan memproduksi hormon yang berguna untuk respon imun, serta mengatur tekanan darah.
Jadi, makanan bernutrisi yang melengkapi kebutuhan anak ini penting untuk tumbuh kembangnya. Kekurangan nutrisi itu tentu memiliki efek samping, misalnya pertumbuhan anak terhambat, lemah imun, dan penglihatan yang bermasalah.
Untuk jangka panjang, nutrisi yang cukup untuk otak anak dapat berpengaruh pada kemampuan anak dalam belajar dan beraktivitas. Misalnya, kemampuan kognitif dalam mengeksplorasi suatu benda, kemampuan mengingat, dan juga logika.
Darurat DHA dan kelengkapan gizi
Beberapa makanan yang paling tinggi kandungan Omega 3 dan Omega 6 antara lain, ikan lele, sarden, salmon, tuna, tahu, dan tempe. Makan ikan dua atau tiga kali seminggu juga disarankan agar gizi tersebut tercukupi.
Mengingat pentingnya fungsi nutrisi itu, Ahmad menganjurkan agar orangtua benar-benar memperhatikan pola makan anaknya. Contohnya, dimulai dari kebiasaan sarapan.
Kebiasaan sarapan bergizi bisa mendukung anak usia sekolah agar berenergi saat belajar. Sayangnya, ada saja anak-anak yang tak terbiasa sarapan.
Sumber data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan, sebanyak 26 persen anak Indonesia hanya mengkonsumsi minuman pada waktu sarapan, seperti air putih atau teh. Berdasarkan sumber data yang sama, hanya 10,6 persen yang sarapannya mencukupi asupan energi sebesar 30 persen.
“Dampak dari tidak sarapan anak di sekolah akan ngantuk. Lalu, karena lapar dia akan jajan makanan yang gizinya tidak terkontrol. Misalnya, gorengan atau es yang isinya hanya air dan pemanis buatan,” ujar Ahmad saat ditemui di Greenhouse Resto, Sentul, Bogor, Kamis (23/1/19).
Ahmad melanjutkan, untuk proses berpikir dan beraktivitas, diperlukan energi dari zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Ia mengingatkan agar anak jangan sampai kekurangan gizi sehingga mudah sakit.
Dilansir Kompas.com, Kamis (6/9/18), idealnya dalam satu piring sarapan seperempat porsi perlu diisi oleh karbohidrat kompleks, seperempat porsi oleh lauk yang terdiri dari protein dan juga mineral. Sementara itu, setengah porsi lainnya terdiri dari buah dan sayur yang bertugas mencukupi kebutuhan vitamin dan juga mineral.
Mengacu pada rekomendasi American Academics of Pedriatics, setidaknya anak usia 4-8 tahun mengkonsumsi 0,8 gram Omega 3 per hari dan 10 gram Omega 6 per hari.
Selain itu, mengonsumsi susu pertumbuhan bagi anak-anak di masa pentingnya juga bisa melengkapi kebutuhan asam lemak esensial dan DHA. Jadi, asupan DHA dapat diserap secara lengkap baik dari makanan bergizi dan susu sebagai pelengkapnya.
“Anda adalah apa yang Anda makan. Apalagi untuk anak-anak, agar ia tidak mudah sakit, penting sekali untuk perhatikan makanannya,” imbuh Ahmad.
Kondisi anak-anak Indonesia yang #DaruratDHA dan kurang asam lemak esensial tersebut perlu jadi perhatian para orangtua. Oleh karenanya, orangtua mesti memenuhi kebutuhan nutrisi anak salah satunya dengan menyediakan susu pertumbuhan.
Dengan begitu, gizi untuk tumbuh kembang otak terpenuhi dan anak pun bisa tetap aktif dan berprestasi.
Sumber : https://lifestyle.kompas.com/read/2019/01/29/164600820/ada-8-dari-10-anak-usia-sekolah-indonesia-kekurangan-dha-dan-omega-3
Selasa, 29 Januari 2019
"Kami Tidak Menyangka Ibu Negara Datang ke PAUD Kami
BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Muslimat Khadijah 157 Rogojampi menjadi salah satu tempat yang disinggahi oleh Ibu Negara Iriana Joko widodo saat melakukan kunjung kerja ke Banyuwangi, Senin (28/1/2019) bersama Mufida Yusuf Kalla dan para istri menteri kabinet kerja yang tergabung Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE)
Lembaga PAUD yang memiliki 260 siswa berusia 4 hingga 6 tahun tersebut dipilih karena menjadi juara nasional untuk sekolah penyelenggara program sekolah, sahabat keluarga, sekolah ramah anak, sekolah ramah lingkungan dan sekolah holistik integratif.
"Kami tidak menyangka jika ibu negara datang ke PAUD kami. Ini merupakan penghargaan yang besar buat kami," kata Faridatul Hasanah, kepala PAUD KHodijah 157 Rogojampi kepada Kompas.com, Senin (29/1/2019).
Perempuan yang akrab dipanggil Ida tersebut bercerita bahwa sekolah tersebut didirikan sejak tahun 1995 di atas tanah miliki PT KAI dengan 3 ruangan kelas.
Saat itu, para guru sendiri yang menata dan mengecat dinding kelas agar nyaman digunakan belajar oleh anak-anak. Saat ini, sekolah seluas 1.500 meter tersebut memiliki 18 ruangan, 22 guru, 4 karyawan, tukang kebun dan penyedia gizi anak-anak.
"Dulu honor guru hanya 20.000 rupiah per bulan dan alhamdulilah sekarang ada perubahan. Namun untuk tanah sampai hari ini kita masih sewa lahan milik PT KAI per tahun 800.000 rupiah. Termasuk terjangkau karena untuk pendidikan. Tapi kami sangat berharap bisa memiliki lahan sendiri agar lebih tenang," harap Ida.
Bagi siswa yang baru sekolah, di satu bulan pertama mereka diajarkan untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan masalahnya sendiri seperti mengenakan kaos kaki, sepatu, menggunakan baju, meletakkan tas, makan dan minum sendiri tanpa tercecer.
"Jadi tidak kami kenalkan calistung, jika mereka bisa itu bonus. Itu pendidikan pertama agar mereka bisa mandiri," jelas Ida.
Bahkan sekolah tersebut membuat program Jumat Cerdas Ceria, yaitu para siswa datang lebih pagi pukul 05.30 WIB lalu diajak lari-lari kecil di sekitar sekolah kemudian dilatih untuk mandi sendiri dan menyiapkan semua keperluannya di pagi hari, lalu dilanjutkan sarapan bersama dan makan buah.
Selain itu, mereka juga menyediakan bekal sehat untuk para siswa setiap hari yang tidak mengandung pengawet, pewarna, pengenyal dan perenyah. Penyediaan bekal sehat tersebut agar para siswa tidak jajan sembarangan.
"Kita gandeng orangtua, mereka terlibat aktif dalam setiap kegiatan dan itu yang menjadikan kami menjadi sekolah sahabat keluarga. Termasuk menanam tanaman di sekitar sekolahan dan menata kelas," jelasnya.
Saat berkunjung ke PAUD tesebut, Iriana Joko Widodo dan rombongan menanam cabai, makan bersama dan membagikan kotak bekal makanan untuk para siswa.
Sumber : https://regional.kompas.com/read/2019/01/29/11280281/kami-tidak-menyangka-ibu-negara-datang-ke-paud-kami
Rincian Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dalam APBN Tahun Anggaran 2019
Jakarta- Rapat Paripurna DPR RI tanggal 31 Oktober 2018 telah menyetujui Rancangan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2019 untuk disahkan menjadi Undang-Undang. Target pendapatan negara dalam APBN 2019 sebesar Rp 2.165,11 triliun dan pagu belanja negara sebesar Rp2.461,11 triliun.
Salah satu bagian penting dari belanja negara tersebut adalah Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD), yang jumlahnya mencapai Rp826,77 triliun. TKDD tersebut terdiri dari transfer ke daerah sebesar Rp756,77 triliun dan dana desa sebesar Rp70,0 triliun. Adapun transfer ke daerah meliputi:
- Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp106,35 triliun terdiri dari DBH Pajak sebesar Rp52,44 triliun dan DBH SDA sebesar Rp53,91 triliun;
- Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp417,87 triliun, termasuk DAU Tambahan untuk dukungan pendanaan kelurahan sebesar Rp 3,00 triliun bagi 8.212 kelurahan guna mendanai pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan pemberdayaan masyarakat di kelurahan.
- Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) sebesar Rp69,33 triliun, yang terdiri dari DAK Fisik Reguler sebesar Rp43,60 triliun mencakup 11 bidang, DAK Fisik Penugasan sebesar Rp19,02 triliun mencakup 10 bidang, DAK Fisik Afirmasi sebesar 6,69 triliun mencakup 5 bidang.
- Dana Alokasi Khusus Nonfisik sebesar Rp131,04 triliun, mencakup 12 jenis DAK Nonfisik, termasuk penambahan 4 jenis dana baru meliputi BOP Kesetaraan, BOP Museum dan Taman Budaya, Dana Pelayanan Kepariwisataan, dan Dana Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS).
- Dana Otsus, Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otsus dan Dana Keistimewaan DIY sebesar Rp22,18 triliun.
- Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp10 triliun, yang dialokasikan kepada Daerah tertentu sebagai penghargaan atas perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelola keuangan daerah, pelayanan umum pemerintahan, pelayanan dasar publik dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan Dana Desa sebesar Rp70,0 triliun, yang dialokasikan kepada daerah melalui perbaikan formulasi dengan memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan. Optimalisasi pemanfaatan Dana Desa dilakukan melalui penyempurnaan skema padat karya tunai, peningkatan porsi penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat dan peningkatan perekonomian desa, penguatan kapasitas SDM dan tenaga pendamping desa, serta penguatan monitoring, evaluasi, dan pengawasan.
Rincian alokasi TKDD TA 2019 dapat diunduh melalui tautan berikut:
Semoga bermanfaat.....
Sumber : http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=9370
Langganan:
Postingan (Atom)