Jumat, 16 Juni 2023

Kemendikbudristek Sambut Dukungan Komunitas terhadap Merdeka Belajar

 Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, hadir pada Rembuk Komunitas yang digelar oleh Komunitas Kami Pengajar, Komunitas Sidina, dan Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka, dengan tema “Sinergi Komunitas untuk Merdeka Belajar Berkelanjutan” di Jakarta, Rabu (14/6). Dalam forum ini, Mendikbudristek  berdiskusi langsung dengan para komunitas dan mengajak untuk mendukung Gerakan Merdeka Belajar secara berkelanjutan.


“Kebijakan Merdeka belajar itu tidak ada artinya tanpa gerakan dan berjalan di lapangan, karena itu kuncinya. Hari ini, yang sekarang hadir di sini adalah wakil untuk bergerak mulai dari rumah tangga, sekolah, dan kampus,” ujar Mendikbudristek.

Sebagai dampak kolaborasi yang dilakukan dengan Komunitas Merdeka Belajar, Program Merdeka Belajar yang telah diluncurkan Kemendikbudristek hingga Episode ke-24 telah banyak dirasakan masyarakat. Untuk itu, Mendikbudrsitek menyampaikan pesan kepada Komunitas Merdeka Belajar.

Kepada Komunitas Kami Pengajar, Mendikbudristek mengapresiasi atas program yang telah dilakukan dalam mendukung Merdeka Belajar, salah satunya dengan mengadakan pelatihan bagi guru-guru di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal). Dikatakan Nadiem, pelatihan langsung yang diberikan kepada ribuan guru di daerah 3T akan memberikan dampak yang besar atas kebijakan Kemendikbudristek.

Selain itu, Mendikbudristek juga berharap agar kebijakan lainnya dapat lebih tersampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Diungkapkan Nadiem, beberapa kebijakan lainnya seperti Dana BOS Majemuk yang nilainya berbeda-beda sesuai tingkat kemahalan di daerah, Kampus Mengajar, Buku Bacaan Bermutu, Kurikulum Merdeka, hingga KIP Kuliah.

“Kebijakan dana BOS dahulu disamaratakan seluruh Indonesia, dan buat kami ini tidak masuk akal karena keseragaman bukan berarti suatu keadilan,” tutur Mendikbudristek.

Pada Program Kampus Mengajar, Mendikbudristek menjelaskan bahwa dampak yang dirasakan adalah banyak peningkatan literasi dan numerasi anak-anak di daerah 3T. Menurutnya, kehadiran mahasiswa ke daerah 3T untuk membantu guru-guru di sekolah dalam pembelajaran sangat dirasakan.

“Mahasiswa yang ke daerah 3T juga mengajarkan bagaimana para guru di sana menggunakan aplikasi pembelajaran, dan itu juga menunjukkan jiwa kepemimpinan masa depan,” imbuh Mendikbudristek.

Selanjutnya, Mendikbudristek menyampaikan kebijakan terkait literasi dalam Merdeka Belajar Episode ke 23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Program ini merupakan salah satu program khusus bagi daerah 3T atau sekolah-sekolah dengan tingkat literasi rendah.

“Kita sudah mendistribusikan lebih dari 15 juta eksemplar buku di sekolah-sekolah dengan tingkat literasi terendah di daerah 3T. Buku-buku tersebut tentunya adalah buku bacaan yang menyenangkan yang ditulis oleh penulis-penulis terbaik,” tutur Mendikbudristek.

Untuk seluruh kebijakan Merdeka Belajar, Mendikbudristek mengajak Komunitas Merdeka Belajar untuk terus berkolaborasi. Sebagai contoh, bagi Komunitas Ibu Penggerak Sidina bisa membuat acara di sekolah untuk menyebarkan betapa pentingnya dukungan orang tua terhadap program-program Merdeka Belajar.

“Saya sering mendengar banyak orang tua yang bingung dengan Merdeka Belajar karena tidak mendapat informasi yang tepat. Melalui kolaborasi para komunitas ini sangat penting dijelaskan seperti apa itu Kurikulum Merdeka dan sebagainya,” ujar Mendikbudristek.

Menutup diskusi, Mendikbudristek menyampaikan pentingnya dukungan komunikasi dari para komunitas untuk Gerakan Merdeka Belajar. “Peran komunitas tidak harus selalu hanya menyosialisasikan program kami, tetapi juga membantu kami memberikan masukan atas kebijakan yang dikeluarkan,” tutur Mendikbudristek.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, turut mengapresiasi keberadaan dan peranan Komunitas Merdeka Belajar yang telah berkolaborasi dengan Kemendikbudristek. Dikatakan Suharti, melalui Komunitas Merdeka Belajar, Program Merdeka Belajar dapat tersosialisasikan secara luas ke masyarakat dan berimplikasi dengan beragam cerita inspirasi dari seluruh wilayah di Indonesia.

“Kemendikbudristek akan selalu mendukung kolaborasi ini. Kami harap Merdeka Belajar Episode ke 1 sampai 24 dapat memberikan dampak yang sangat besar dalam upaya Kemendikbudristek meningkatkan mutu pendidikan secara komperehensif, berkelanjutan, dan menyuruh,” tutur Suharti.

Isti Budhi Setiawati, Co-Founder Komunitas Sidina berharap dengan adanya komitmen bersama dari Komunitas Merdeka Belajar atas Gerakan Merdeka Belajar sebagai program yang berkelanjutan.

“Tiga komunitas ini merupakan perwakilan dari tri sentra pendidikan, sehingga mudah-mudahan Merdeka Belajar dapat terus menjadi gerakan yang berkelanjutan demi menghasilkan generasi unggul 2045,” tutur Isti.

Fitriana, Koordinator nasional Komunitas Kami Pengajar mengemukakan program-program yang telah dilakukan, salah satunya dengan perluasan Kami Pengajar dari 6 menjadi 10 regional di Indonesia. Hal ini dilakukan agar lebih mewadahi seluruh guru di setiap regional. “Kami percaya ada ciri khas masing-masing dan kompetensi yang dibutuhkan guru berbeda-beda di setiap regional,” tutur Fitri.

Selain itu, Kami Pengajar juga telah melakukan rapat kerja nasional untuk menyamakan visi misi dan program yang dibutuhkan guru. Pendataan ulang juga dilakukan dengan sistem digitalisasi, dan hingga kini masuk 1.500 guru yang tergabung dalam Kami Pengajar.

“Target kami tahun ini sebanyak 1.000 orang guru akan bergabung di Kami Pengajar sehingga sosialisasi yang kami lakukan akan semakin banyak tersampaikan,” ucap Fitri.

Hingga saat ini, sosialisasi kebijakan Merdeka Belajar dilakukan dengan metode daring dan luring seperti webinar, seminar, dan penyebaran informasi melalui grup komunikasi daring.

Sementara itu, Rizal Maula, Ketua Nasional Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka menceritakan beberapa program dalam Merdeka Belajar yang telah dilakukannya, seperti pembentukan relawan KIP Kuliah.

“Kami ada 5.000 relawan dan 3.200 massa penggerak yang tersebar di 400 perguruan tinggi. Sosialisasi yang dilakukan juga sudah tersampaikan kepada lebih dari 50.000 calon penerima manfaat KIP Kuliah,” ujar Rizal.

Ke depan, Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka akan terus menyosialisasikan Merdeka Belajar dan mengangkat praktik baik dari penerima manfaat agar menjadi inspirasi bagi para pemuda lainnya. “Kami akan terus membantu khususnya pada Program Merdeka Belajar yang berfokus pada pelajar dan mahasiswa,” tutur Rizal.

Rembuk Komunitas dihadiri oleh 300 orang dari tiga Komunitas Merdeka Belajar, yaitu Komunitas Kami Pengajar (Komunitas Guru), Komunitas Sidina (Komunitas Orang Tua/Ibu Penggerak), dan Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka (Komunitas Pelajar/Mahasiswa) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai komitmen bersama, ketiga komunitas tersebut menyepakati Merdeka Belajar sebagai sebuah gerakan yang harus dilakukan secara berkelanjutan. Komitmen tersebut ditandai dengan penandatanganan Plakat Kesepakatan Bersama dan dilanjutkan penyematan pin Gerakan Merdeka Belajar kepada seluruh anggota komunitas yang hadir. (Prima, Editor: Aline)






Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/