SAHABAT KELUARGA- Sebuah berita miris kembali muncul dari Kabupaten Bogor pada Minggu tanggal 18 Februari 2018 lalu. Enam orang anak-anak yang masih berstatus pelajar sekolah dasar berusia antara 6-11 tahun melakukan pelecehan seksual terhadap teman wanitanya yang juga masih berusia 8 tahun di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.
Berita sejenis juga tak susah kita baca di berbagai media dan berbagai daerah. Tak hanya pelecehan seksual, anak-anak yang masih belum akil baliq juga kerap diberitakan meminum minuman keras, tindak bullying, dan serangkaian tindak negatif lainnya.
Kenapa ini mesti terjadi? Apa penyebabnya? Siapa yang salah?
Cahyadi Takariawan, seorang penulis dan pembicara tentang keluarga menulis di kompasiana.com., bahwa hal-hal itu tidak terlepas dari kurangnya perhatian orang tua terhadap anak-anak, sehingga anak lepas kontrol.
Menurut Cahyadi, seluruh keluarga harus kembali memperhatikan dan memperbaiki proses pendidikan anak dari dalam rumah. Sebab dari dalam rumah itulah anak-anak mendapatkan dasar-dasar nilai untuk membentuk karakter serta kepribadian mereka hingga masa dewasa kelak.
Apa yang harus dilakukan orang tua?
Keteladanan
Di antara bentuk pendidikan yang paling utama adalah dengan teladan nyata. Mendidik anak akan efektif apabila ada contoh teladan yang nyata dari kedua orang tuanya. Sulit bagi anak untuk berperilaku jujur apabila orang tuanya mencontohkan kebohongan. Sulit bagi anak untuk berhenti merokok apabila menyaksikan orang tuanya selalu merokok. Demikian pula sulit bagi anak untuk rajin ibadah apabila orang tuanya tidak melaksanakan ibadah.
Pembiasaan
Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil akan mampu menjadi pondasi kebaikan bagi anak hingga mereka dewasa. Untuk itu, biasakan anak-anak dengan perasaan diawasi dan dijaga oleh Allah agar mereka selalu berada dalam kebaikan dimanapun mereka berada. Sangat penting bagi anak untuk ditanamkan kesadaran akan adanya pengawasan dan penjagaan Allah pada diri manusia.
Mendongeng
Salah satu model pendidikan anak yang efektif adalah dengan kisah keteladanan. Jika anak-anak sudah mulai nalar, ajak mereka berdiskusi tentang kisah-kisah keteladanan tersebut agar mereka mengerti makna dan hikmah yang bisa diambil darinya.
Memanfaatkan Momentum
Di antara model mendidik anak adalah dengan memanfaatkan peristiwa atau kejadian yang baru saja dialami atau yang ada di sekitarnya. Bukan hanya peristiwa atau kejadian yang dialami sendiri oleh anak, namun juga kejadian yang terjadi di sekitar lingkungan kehidupannya. Sebagai contoh sederhana, ketika anak kehilangan mainan, menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan sikap ikhlas, hati-hati sekaligus mengajarkan doa kehilangan. Ketika menyaksikan ada kecelakaan lalu lintas, kesempatan bagi orang tua untuk menanamkan kesadaran kehati-hatian dalam berkendara.
Reward dan Punishment
Anak memerlukan pengakuan dan pujian atas kebaikan dan prestasi yang dilakukannya. Untuk itu orang tua harus seimbang dalam memberikan reward dan punishment kepada anak, karena keduanya diperlukan dalam mendidik dengan kadar yang tepat. Jangan hanya bisa menghukum kesalahan anak, namun juga harus bisa mengapresiasi kebaikan anak.
Reward dan punishment memiliki fungsi penting dalam mengajari anak berperilaku positif. Fungsi pertama ialah pendidikan. Pujian dan hukuman bertujuan untuk memberikan pendidikan kebaikan bagi anak, yaitu mendidik agar anak-anak selalu terkondisi dalam kebaikan. Fungsi kedua adalah menjadi motivasi bagi anak untuk melakukan dan mengulangi perilaku positif. Sumber : Yanuar Jatnika